JAKARTA – Indonesia turut sedikit menikmati keuntungan dari harga komoditas energi yang tinggi sepanjang tahun ini. Bahkan untuk komoditas gas, Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas (SKK Migas) mencatat adanya penjualan gas dalam bentuk Liquefied Natural Gas (LNG).

Arief Setiawan Handoko, Deputi Monetisasi dan Keuangan SKK Migas, mengungkapkan sedikitnya ada tiga kargo yang dijual dengan harga tinggi di pasar spot yakni US$42,2 per MMBTU. Menurutnya ini jadi sejarah dalam bisnis jual beli gas tanah air.

“All time high selama LNG Plant ada di Indonesia. uncommitted kargo. pengalaman 2022 menikmati harga LNG yang kita anggap harganya cukup bagus. US$42,2 per MMBTU kita punya pengalaman hanya US$4 per MMBTU. luar biasa dapat bagus,” kata Arief saat konferensi pers realisasi kinerja hulu migas Indonesia di kantor SKK Migas, Senin (17/10).

Tiga uncommitted kargo LNG dengan harga tinggi itu sukses dijual pada bulan Maret, Juni dan Agustus. Peluang untuk memaksimalkan harga LNG yang sedang tinggi memang ada, namun demikian pemerintah kata Arif tetap memprioritaskan kebutuhan gas domestik. Ini dibuktikan dengan pemenuhan kebutuhan untuk pabrik PT Pupuk Iskandar Muda (PIM) sebesar 100 ribu M3 pada bulan September lalu.

Selain itu juga dilakukan lifting pada bulan Oktober ini untuk memenuhi kebutuhan PIM sebesar 96 M3 dan Pertamina Hulu Rokan (PHR) sebesar 40 M3.

“Kita utamanakan kebutuhan domestik,kita penuhi kebutuhan PIM untuk reaktivasi kebutuhan kilang PIM 1 memasok kebutuhan gas di PHR,” ujar Arief.

Hingga kuartal III tercatat 39,7 kargo LNG atau sekitar diperuntukkan untuk kebutuhan domestik dimana sebagian besar dipasok untuk memenuhi kebutuhan pembangkit listrik yakni sebanyak 38,4 kargo atau 96%. Sementara sisanya untuk industri dan pabrik pupuk. (RI)