JAKARTA – Memiliki total cadangan batu bara sebesar 3,2 miliar ton, PT Bukit Asam Tbk (PTBA) ingin menjadi perusahaan kelas dunia. PTBA telah mengimplementasikan sistem digital untuk kegiatan tambang, transportasi, dan pelabuhan. Besarnya kontribusi PTBA dalam suplai batu bara nasional, yakni hampir 60% setiap tahun, memberikan opportunity ekspor yang lebih sedikit. Sehingga PTBA sebagai BUMN yang bergerak di bidang pertambagan batu bara, tidak hanya melihat revenue ekspor semata-mata.

“Tapi menjaga amanat untuk menjaga kestabilan energi nasional dimana hampir 80 % kebutuhan batu bara nasional untuk PT PLN (Persero) dari Sabang sampai Merauke. 2023 dari rencan RKAP, 80 % dari total produksi yang kita keluarga untuk kebutuhan energi nasional,” kata Vice President Pengembangan Energi PT Bukit Asam Tbk Julismi, dalam webinar DE Talk bertema “Energi Nasional Terus Melaju Untuk Indonesia Maju” yang digelar Dunia Energi, Selasa (15/8/2023).

Hadir pula dalam webinar EVP Perencanaan Sistem Ketenagalistrikan PT PLN (Persero) Warsono, VP Reservoir PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGE/PGEO) Fernando Pasaribu, dan Tenaga Ahli Kepala SKK Migas Luky A. Yusgiantoro. Selain itu, ikut memberikan keynote speech Kepala Biro Perencanaan Kementerian ESDM Chrisnawan Anditya yang mewakili Sekretaris Jenderal Kementerian ESDM Dadan Kusdiana.

Julismi mengatakan, posisi PTBA selain menjaga ketahanan energi nasional, juga melakukan transformasi. Banyak challenging terkait isu lingkungan maupun global. “PTBA harus segera lakukan transformasi tanpa harus tinggalkan cadangan yang dimiliki untuk dimonetize menjadi manfaat. Transformasi menjadi perusahaan energi yang clean adalah suatu keniscayaan dan harus dipikirkan dari sekarang,” katanya.

Untuk menghadapi cita-cita nasional Net Zero Emission (NZE) di tahun 2060, PTBA telah menyusun destinasi perjalanan ke depan. Dalam 10 tahun ke depan PTBA merencanakan perubahan menjadi energy company, dimana pada 2030 dari total revenue 30 % akan dihasilkan dari pendapatan bisnis energi. Pada tahun 2040 melangkah tidak saja menjadi energy company, tapi established menjadi perusahaan chemical.
“Kita akan melakukan upaya produk diversifikasi batu bara, tidak saja digunakan sebagai sumber energi tapi bisa digunakan sebagai produk lain yang berbasis batu bara. Harapan kita pada destinasi ketiga, PTBA nantinya tidak lagi dikenal sebagai perusahaan batu bara tapi sebagai perusahaan energi dan chemical,” ungkap Julismi.

Julismi mengungkapkan posisi PTBA saat ini dari total revenue masih di bawah 10 %, dan diharapkan 2030 mencapai 30 % dari bisnis energi.
Peluang yang dilakukan PTBA sebagai perusahaan energi adalah menanfaatkan batu bara tidak saja untuk dijual, tapi dengan memanfaatkan PLTU Mulut Tambang. “Saat ini sudah kita miliki 2×650 MW, Insya Allah bulan September sudah mulai COD. Kemudian 2×110 di Banjarsari , 3×10 di Tanjung Enim.
Kita juga sedang lakukan upaya mensukseskan program pemerintah, salah satunya early retirement,” ujar Julismi.

Ia menekankan bahwa PTBA terus berkomitmen terhadap lingkungan. PTBA juga berupaya menciptakan bisnis energi yang tidak berbasis batu bara, seperti wind power. Julismi mengungkapkan saat ini PTBA memiliki beberapa kerjasmaa wind power dengan perusahaan asal Cina, karena potensi yang ditawarkan cukup potensial dikembangkan sekaligus melakukan pembelajaran.
“Kami juga melihat kesempatan untuk kembangkan solar panel di IKN, Tanjung Enim dan Ombilin lebih kurang 200 MW,” ungkap Julismi.

Upaya yang telah dirintis PTBA saat ini diantaranya ada PLTS di bandara, Bali, menggagas kerjasama dengan PT Timah, PT Pupuk Indonesia, PT Jasa Marga. Dengan PT Semen Padang, rencananya akan bangun PLTS di industri Semen Padang dengan kapasitas 40 MWp.

Julismi menyampaikan, untuk kegiatan operasional penambangan PTBA ment
erapkan peralatan tambang yang berbasis listrik yang sudah dilakukan sejak 2017 dan terus akan dikembangkan. Selain itu, telah dilakukan pula rehabilitasi tambang, DAS, dan upaya konservasi lingkungan lainnya. “PTBA mendukung energi nasional. Tapi jangan lupakan fakta bahwa kita diberikan anugerah sumber daya energi fosil melimpah, yakni batubara. Perlu perencanaan sebelum mencapai tujuan akhir. PTBA 10 tahun ke depan mencoba transformasi tanpa meninggalkan sumber daya yang kita miliki dan memberikan manfaat bagi rakyat indonesia,” ujar Julismi.

Dalam kesempatan yang sama Kepala Biro Perencanaan Kementerian ESDM Chrisnawan Anditya, menyampaikan bahwa Indonesia juga memiliki banyak sumber daya mineral untuk mdukung transisi energi. Antara lain untuk mendukung kendaraan listrik, baterai kendaraan listrik, storage listrik, dan kabel transmisi. Sehingga Kementerian ESDM dalam hal ini melakukan program hilirisasi mineral.

“Dalam hal transisi energi, energi fosil masih memiliki peran penting untuk dikembangkan sebelum energi yang lebih besih tersedia. Minyak masih menjadi energi utama untuk transportasi sebelum nantinya diganti oleh kendaraan listrik. Gas bumi dimanfaatkan sebagai energi transisi sebelum tercapainya 100 % EBT di pembangkit. Adapun batu bara diarahkan untuk mengganti elpiji dengan pengembangan DME,” ujar Chrisnawan.(RA)