JAKARTA – PT Bukit Asam Tbk (PTBA) bersama dengan PT Pertamina (Persero) menggandeng Air Products and Chemicals, Inc, untuk mrngembangkan gasifikasi batu bara menjadi dimethyl ether (DME) dan synthetic natural gas (SNG) melalui pembangunan pabrik gasifikasi di Peranap, Riau. Pabrik berkapasitas 400 ribu ton DME per tahun, dan 50 mmscfd SNG 2022.

Nicke Widyawati, Direktur Utama Pertamina, mengungkapkan kerja sama Pertamina dengan Bukit Asam serta Air Products adalah langkah strategis bagi semua pihak, untuk meningkatkan ketahanan, kemandirian, dan kedaulatan energi nasional, melalui pemanfaatan DME dan SNG yang seharusnya bisa dimanfaatkan untuk menggantikan LPG yang sampai sekarang sebagian besar masih dipenuhi dari impor.

“Sekitar 70% LPG masih diimpor. Pada 2017 Indonesia mengonsumsi tidak kurang dari 7 juta ton LPG. Pabrik gasifikasi batu bara ini adalah proyek yang sangat strategis secara nasional,” kata Nicke dalam keterangan tertulisnya, Kamis (8/11)

Penandatanganan kerja sama Bukit Asam, Pertamina dan Air Products telah dilakukan pada Rabu (7/11) di Allentown, Amerika Serikat.

Arviyan Arifin, Direktur Utama Bukit Asam,  mengungkapkan hilirisasi yang dilakukan Bukit Asam diperkuat dengan sumber daya batu bara sebesar 8,3 miliar ton dan cadangan  sebesar 3,3 miliar ton.

“Salah satu produk hasil hilirisasi batu bara adalah DME, yang ditujukan sebagai substitusi LPG,” ungkap Arviyan.

Menurut Rini Soemarno, Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), hilirisasi batu bara menjadi salah satu jalan keluar untuk bisa menurunkan nilai impor yang besar, terutama impor LPG.

“Indonesia harus terus mengembangkan industry hilirisasi batu bara bukan hanya dalam mengurangi impor tetapi mengembangkan ekspor,” kata Rini.

Air Products merupakan perusahaan asal Amerika Serikat yang baru saja memiliki paten atau teknologi gasifikasi batu bara Shell.

Seifi Ghasemi, Chairman, President & CEO Air Products mengungkapkan keseriusan perusahaannya untuk berinvestasi hilirisasi gas dari batu bara.

“Kami sebagai pemilik teknologi gas industri seperti syngas dan DME, sungguh-sungguh akan berinvestasi di Indonesia dan menjadi bagian penting dari berdirinya industri dengan teknologi upstream menghasilkan syngas dan kemudian diolah melalui teknologi downstream baik untuk batubara maupun petrochemical,” tandas Seifi.(RI)