CHICAGO- Harga emas Kembali tertekan pada akhir perdagangan Jumat atau Sabtu (19/2) pagi WIB setelah sempat menembus level psikologis USS 1.900 per ounce. Hal ini dipicu oleh aksi ambil untung (profit taking) investor menyipaki kondisi global, khususnya harapan pembicaraan AS-Rusia akan menenangkan pasar.

Kontrak emas paling aktif untuk pengiriman April di divisi Comex New York Exchange, turun US$2,2 atau 0,12%, menjadi ditutup pada US$1.899,80 per ounce. Emas berjangka melonjak US$30,50 atau 1,63% menjadi US$1.902,00 menandai penyelesaian tertinggi sejak Juni 2021.

Kekhawatiran yang berkepanjangan atas konflik Rusia-Ukraina membuat emas tetap di jalur kenaikan mingguan ketiga berturut-turut. Emas melonjak 3,1% untuk minggu ini.

Menurut Bob Habenkom, Ahli Strategi Pasar Senior RJO Futures, menyatakan perkembangan terbaru seputar situasi Rusia-Ukraina adalah positif dan itu berimbas pada sedikit kemunduran emas. “Penurunan ini akan berumur pendek karena ketegangan yang berkepanjangan akan terus mendukung emas,” katanya seperti dikutip Reuters.

Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken setuju untuk bertemu dengan Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov minggu depan, menenangkan kegelisahan investor dan memperlambat permintaan tempat berlindung yang aman.

Namun, kantor berita Rusia melaporkan tentang ledakan di kota Donetsk, Ukraina timur.

Gedung Putih mengatakan Presiden AS Joe Biden akan memberikan pembaruan tentang situasi Rusia-Ukraina pada pukul 16.00 sore waktu setempat pada Jumat (18/2/2022).

“Investor telah mencari perlindungan dalam aset aman seperti emas tidak hanya karena situasi Ukraina dan meningkatnya volatilitas pasar saham tetapi juga tekanan inflasi yang melonjak,” ungkap Fawad Razaqzada, seorang analis ThinkMarkets, menulis dalam sebuah catatan.

Para pemimpin keuangan dari Kelompok 20 (G20) ekonomi utama pada Jumat (18/2) sepakat bahwa kenaikan inflasi dan risiko geopolitik dapat mengancam pemulihan global yang rapuh.

Emas dianggap sebagai lindung nilai (hedging) terhadap inflasi yang melonjak dan sering digunakan sebagai penyimpan nilai yang aman selama masa ketidakpastian politik dan keuangan. (RA)