JAKARTA – Potensi migas di Maluku tidak hanya Blok Masela, namun ada potensi gas lain yang sebenarnya sudah siap digarap di Blok Seram Non Bula yang dikelola konsorsium yang dipimpin CITIC Seram Energy Limited.

Musalam Latuconsina, Direktur PT Maluku Energi Abadi (Perseroda), mengatakan ada potensi gas di Wilayah Kerja Seram Non Bula yang diyakini dapat mendukung pasokan gas berbagai sektor, terutama yang sedang disiapkan yakni proyek strategis Lumbung Ikan Nasional serta memasok pembangkit eksisting dan baru di Provinsi Maluku. Ada beberapa Pembangkit Listrik Tenaga Mesin Gas (PLTMG) dengan total kapasitas 70 Mega Watt (MW). Jumlah potensi gas yang ada di Seram Nom Bula mencapai lebih dari 2 Trilliun Cubic Feet (TCF)

Isu utama dari rencana pengelolaan potensi tersebut adalah keberpihakan pemerintah kepada daerah yang diharapkan mampu menciptakan pasar gas Maluku yang bersumber dari Lapangan Gas di Maluku. “Penemuan cadangan gas pada 2012 di pulau Seram yang memiliki potensi hampir 3 TCF, namun belum dapat perhatian untuk dikembangkan. Padahal cadangan sangat besar di sana, setara 40% cadangan di Seram,” ungkap Musalam, di sela konferensi pers Penandatanganan Nota Kesepahaman Kerjasama dengan Pertagas, di Hotel Mulia, Jakarta, Selasa (30/3).

Dengan potensi yang ada, Musalam menargetkan akan bisa dibangun PLTMG tambahan sehingga total kapasitas yang akan tersedia dalam lima tahun bisa mencapai 500 MW dengan total kebutuhan investasi mencapai Rp12 triliun.

“Program BUMD Maluku Energi Abadi, kurang lebih lima tahun ke depan dari 2021-2025 kami punya target sesuai dengan potensi gas yang ada di Pulau Seram itu bisa ekuivalen dengan 500 MW. Itu target kami,” ungkap Musalam.

Wiko Migantoro, Direktur Utama Pertagas, mengatakan potensi yang ada di Maluku membuat peluang bisnis gas di Maluku juga terbuka. Tantangan utama memonetisasi cadangan gas adalah keekonomian yang dipengaruhi juga oleh ketersediaan infrastruktur. Pertagas akan hadir untuk mengisi kekosongan infrastruktur untuk menjangkau konsumen. Selain industri, pembangkit listrik juga menjadi target untuk penyaluran gas, hanya saja perlu koordinasi lebih lanjut dengan PT PLN (Persero).

Pertagas akan mulai mengkaji pemanfaatan gas yang kini sudah tersedia sekitar 3 juta kaki kubik per hari (MMscfd) untuk disalurkan ke industri kayu lapis. Untuk itu kemungkinan besar tahap awal akan dibangun pipa di sekitar wilayah kerja Seram Non Bula.

“Kami upayakan dari kajian tadi ada produksi minyak 1.700 – 1.800 barel minyak per hari, barangkali ada gas associated-nya 2-3 MMscfd. Ini kan bisa kami monetisasi. Kelistrikan itu bicara lagi nanti sama PLN. Industri kayu 3-5 MMscfd. Ada potensi sumber 3 TCF, tapi ini engak bisa jadi apa-apa kalau misalnya market-nya belum terbentuk,” kata Wiko.(RI)