JAKARTA – Freeport-McMoRan Inc, perusahaan tambang asal Amerika Serikat yang menguasai 90,64% saham PT Freeport Indonesia menargetkan penjualan emas sepanjang tahun ini mencapai 1,8 juta ounce dari tambang Grasberg, Papua, naik 47,5% dibanding 2015 sebesar 1,22 juta ounce, 75% di antaranya diproyeksi direalisasikan pada semester II. Besarnya penjualan pada semester II seiring dengan mulai beroperasinya Freeport di area pertambangan yang memiliki kadar yang tinggi.

Produksi emas tambang Grasberg tercatat berkontribusi besar terhadap volume penjualan total Freeport McMoRan untuk komoditi emas yang sepanjang tahun tercatat 1,24 juta ounce. Selain emas, pendapatan Freeport juga berasal dari komoditi tembaga serta minyak dan gas.

Freeport-1

Manajemen Freeport-McMoRan dalam laporannya juga menyebutkan, perseroan menargetkan menjual 1,5 miliar pound tembaga dari tambang Grasberg pada tahun ini, naik hampir dua kali lipat dibanding realisasi penjualan 2015 sebesar 744 juta pound tembaga. Sepanjang tahun lalu, volume penjualan tembaga Freeport-McMoran mencapai 4,07 miliar pound. Selain dari wilayah operasi di Indonesia, Freeport-McMoRan juga memiliki tambang di wilayah operasi Amerika Utara, Amerika Selatan dan Afrika.

Freeport-McMoran melalui Freeport Indonesia tengah menjalankan sejumlah proyek di tambang Grasberg untuk pengembangan wilayah operasi dengan skala yang lebih besar, memperpanjang usia operasi hingga pengembangan tambang bawah tanah di wilayah dengan kadar bijih tinggi. Tambang bawah tanah diharapkan bisa memproduksi emas dan tembaga dengan skala besar seiring masa transisi untuk mengantisipasi habisnya cadangan di tambang terbuka pada 2017.

Freeport-McMoRan dalam laporannya juga menyebutkan hingga saat ini Freeport Indonesia masih melanjutkan pembicaraan dengan pemerintah Indonesia terkait kontrak karya pertambangan dan kepastian operasi jangka panjang. Freeport-McMoRan berharap, meski tidak bisa memberikan jaminan, Freeport Indonesia bisa mencapai kesepakatan kelanjutan operasi yang memuaskan dengan pemerintah Indonesia.

Sementara itu, Sudirman Said, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), sebelumnya menegaskan kegiatan penambangan di Grasberg harus tetap dilakukan siapapun pelaku usahanya.

“Yang terpenting bagi pemerintah adalah, keberadaan sumber daya alam yang ada di komplek tersebut  dapat memberi kontribusi yang signifikan bagi pembangunan Papua dan Indonesia secara keseluruhan,” kata dia,

Menurut Sudirman, untuk menentukan siapa pelaku usaha yang berhak mengeksplotasi sumber daya alam di tanah Papua dapat dilakukan bermacam skema yakni, bisa meneruskan kontrak yang sudah ada, menunjuk Badan Usaha Milik Negara (BUMN), atau melelangkannya kembali.

Eksploitasi sumber daya alam di komplek pertambangan Grasberg tetap harus dilakukan karena telah memberikan kontribusi yang cukup besar bagi pembangunan, kehidupan dan perkonomian rakyat Papua. Sekitar 92% Pendapatan Domestik Bruto (PDB) Kabupaten Mimika dan 37% PDB Papua berasal dari operasi tambang tersebut.

“Saya melihatnya dari common sense, sekitar 92% PDB Mimika ada karena operasi tambang itu, 37% PDB Papua datang dari operasi tambang itu juga, Freeport atau siapapun yang mengoperasikan. Ribuan tenaga kerja bekerja disana, artinya 1,8 miliar dollar bisnis yang dikerjakan oleh sebagian besar pengusaha nasional baik BUMN maupun swasta”, tandas Sudirman.(AT)