JAKARTA – PT PLN (Persero) unit Distribusi Jakarta Raya (Disjaya) berencana membangun lima fasilitas berteknologi fast charging untuk kendaraan listrik. Ikhsan Asaad, General Manager PLN Disjaya, mengatakan sampai saat ini secara keseluruhan PLN sebenarnya sudah menyediakan sekitar 1.800 unit Stasiun Pengisian Listrik Umum (SPLU) untuk tahun ini penambahan SPLU pun akan difokuskan ke fasilitas yang lebih cepat mengisi daya. Ini dikarenakan berdasarkan kajian yang ada jika tidak memiliki teknologi fast charging pengisian daya kendaraan listrik akan memakan waktu lebih lama.

“Kami mau kembangkan SPLU fast charging. Pertama lima SPLU dulu,” kata Ikhsan di Jakarta, akhir pekan lalu.

Ikhsan menambahkan, kebutuhan investasi untuk satu unit SPLU fast charging terbilang besar. Untuk setiap unitnya dibutuhkan dana sekitar Rp 1 miliar, sementara untuk SPLU tanpa teknologi fast charging kebutuhan dana investasinya hanya sekitar Rp 200 juta. “Bisa sampai Rp 1 miliar, satu unit. Susah pakai trafo baterai gede. Kalau yang biasa paling Rp 200 juta. Fast charging bisa 20 menit tergantung kapasitas baterai juga di masing-masing mobil,” papar Ikhsan.

Jika SPLU berkekuatan 240 volt DC maka cukup untuk mengisi daya mobil dalam waktu 20 menit, apabila kemampuan SPLU ditingkatkan menjadi 480 volt DC maka waktu isi daya akan bisa lebih dipangkas bahkan untuk mengisi daya bus listrik.

Fast charging sendiri menjadi pilihan karena jika hanya memperbanyak SPLU biasa dikhawatirkan implementasinya tidak akan maksimal. PLN sudah melakukan kajian di beberapa negara maju Eropa dan Amerika Serikat , bahwa pengguna kendaraan listrik ternyata cenderung mengisi dayanya di rumah.
Untuk itu, PLN kata Ikhsan saat ini juga tengah menyiapkan mekanisme baru dalam penambahan daya listrik untuk masyarakat.

“Jadi kami lagi buat simulasi dan memberikan insentif kalau punya kendaraan listrik tambah daya misalkan gratis. Ini lagi digodok mekanisme SOP-nya. Kalau charge dirumah itu charge dapat diskon misalkan dari jam 10 malam sampai jam 4 pagi,” kata Ikhsan.

Siap Pasok MRT

PLN menegaskan suplai listrik untuk kebutuhan Mass Rapid Transit (MRT) sudah tersedia. PLN menyiapkan pasokan listrik 65 megawatt (MW) untuk MRT yang akan mulai diujicoba pada Maret 2019.

“Kami siap memenuhi kebutuhan untuk MRT. Total itu kebutuhannya MRT itu 65 MW,” kata Ikhsan.

PLN menyatakan kehandalan pasokan listrik MRT bisa dikatakan tidak perlu diragukan lagi. Sebab, pasokan listrik untuk angkutan massal tersebut akan disuplai khusus oleh PLN. Suplai listrik bahkan akan dipasok langsung dari dua sumber. “MRT itu dari dua sumber, dia pelanggan premium, dia dipasok dari dua gardu induk, kata dia.

Dua gardu induk yang disiapkan untuk memasok listrik PLN adalah gardu pondok indah dan gardu induk CSW. Nantinya kedua gardu induk akan mensuplai listrik ke MRT melalui gardu induk yang dibuat khusus dibawah tanah di Sambas yang juga merupakan gardu induk pertamakali yang pernah dibangun di bawah tanah.

Pasokan dari dua gardu induk ini sangat vital. Pasalnya apabila ada gangguan di salah satu gardu maka maka gardu lain akan langsung tingkatkan volume untuk meng-cover pasokan listrik. “Itu punya dia, punya MRT. Jadi dua sumber masuk ke gardu induk Sambas, jadi instalasi di dalam MRT,” tandas Ikhsan.(RI)