JAKARTA – Peta ekonomi dunia, termasuk perkembangan industri minyak dan gas berpotensi akan berubah seiring kemenangan Donald Trump dalam pemilihan presiden Amerika Serikat.

Sutrisno Bachir, Ketua Komite Ekonomi dan Industri Nasional (KEIN), mengatakan Trump akan membawa Amerika Serikat kembali menjalin hubungan baik dengan beberapa negara produsen besar minyak dunia, seperti dari Timur Tengah. Kondisi ini bisa berpengaruh positif terhadap harga minyak dunia.

“Sebagai seorang pengusaha,  dia nanti akan kerja sama dengan produsen minyak Timur Tengah. Saya yakin kerja sama bilateral dengan negara-negara timur tengah akan dilakukan oleh pengusaha seperti dia,” kata Sutrisno di Jakarta, Kamis (10/11).

Kilang produksi milik Arab Saudi

Harga minyak dunia tercatat naik pasca kemenangan Trump. Harga minyak patokan AS, West Texas Intermediate (WTI) naik 29 sen, atau 0,6 persen, ke level US$45,27 per barel. Sementara itu, Brent North Sea naik 32 sen, atau 0,7 persen, menjadi US$46,36 per barel pada penutupan perdagangan Rabu (Kamis pagi WIB).

Sementara itu, Yusri Usman, Direktur Eksekutif Center of Energy and Resources Indonesia (CERI), siapapun Presiden Amerika tetap akan menjalankan kebijakan luar negeri untuk mengontrol keamanan di semua kawan strategis energi dan pangan diseluruh dunia.

“Itulah politik hegemoni sebagai negara adidaya. Namun, kondisi perekonomian mereka yang sedikit melambat akan menghambat nafsu besarnya,” kata Yusri.

Budi Santoso, Direktur Centre for Indonesian Resources Strategic Studies, mengatakan melihat pragmatism Donald Trump, Amerika Serikat akan lebih mengarah menjadi pemimpin dalam ekonomi  daripada “polisi dunia”.

“Sepertinya Pemerintah Amerika tidak mungkin “all out” ke perusahaan Amerika yang tidak memiliki keuntungan ekonomi bagi Amerika,” tandas Budi.(RA/RI)