JAKARTA – PT Toba Bara Sejahtra Tbk (TOBA), perusahaan tambang batu bara, menargetkan pendapatan dari bisnis pembangkit listrik mencapai 50% pada 2020. Untuk mencapai target tersebut, Toba Bara fokus mengembangkan proyek pembangkit listrik seiring dengan program ketenagalistrikan 35 ribu megawatt (MW) yang dicanangkan pemerintah.

“Kita akan fokus ke pengembangan pembangkit listrik. Nantinya pembangkit akan memberikan kontribusi pendapatan 50% pada awal 2020. Capex tahun depan 80%-90% untuk pembangkit listrik,” ujar Pandu Sjahrir, Direktur Keuangan Toba Bara di Jakarta, Senin (9/10).

Menurut Pandu, saat ini perusahaan sedang mengembangkan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) batu bara di Sulawesi Utara (Sulut) dan Sulbagut, melalui anak usaha PT Gorontalo Listrik Perdana dan PT Minahasa Cahaya Lestari.

“Pembangkit listrik yang Gorontalo (Sulbagut) 100 MW kita sudah financial close dan statusnya sudah pembebasan lahan sekarang. Satu lagi yang Sulut, Minahasa, itu 100 MW juga. Minahasa investasinya sama seperti Sulbagut ,” ungkap Pandu.

Gorontalo Listrik Perdana telah mencapai tahap financial close untuk proyek PLTU 2×50 MW Sulbagut 1 di Provinsi Gorontalo. PLTU Sulbagut 1 dibangun dan dioperasikan konsorsium yang dipimpinToba Bara (60%), dan PT Toba Sejahtra (20%), Serta Shanghai Electric Power Construction Co.Ltd (SEPC) (20%).

PLTU Sulbagut 1 menelan investasi sebesar US$ 210 juta-US$230 juta yang seluruh dana proyek berasal dari pinjaman PT Bank Mandiri Tbk.

PLTU Sulbagut 1 akan menggunakan batu bara kalori 3.800-4.400 kg/kkal dengan volume 600.000-650.000 ton per tahun. Adapun SEPC merupakan kontraktor engineering procurement and construction (EPC) dari China dengan pengalaman lebih dari 50.000 MW sebagai kontraktor EPC maupun sub kontraktor di berbagai negara.

Pencapaian financial close PLTU Sulbagut 1 berawal dari partisipasi Toba Bara Sejahtra dalam tender IPP yang diadakan PT PLN (Persero) pada pertengahan 2014, penandatanganan letter of intent pada November 2015, persetujuan tarif oleh Kementerian ESDM pada Maret 2016, serta penandatanganan PPA pada 14 Juli 2016.

Setelah itu, proses pembebasan lahan untuk main plaint area diselesaikan pada September 2016 yang kemudian diikuti oleh perolehan AMDAL dan penandatanganan kontrak EPC pada Juli 2017, dan diakhiri dengan penandatanganan perjanjian financing pada 11 Juli 2017.

Toba Bara Sejahtra menargetkan pendapatan hingga akhir tahun ini mencapai US$ 350 juta, dengan jumlah produksi batu bara sebesar 5,6 juta ton.

Pandu menambahkan, Toba Bara juga tengah membidik proyek pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) di Sumatera.

“Kita lagi bidding, kita ada konsorsium dengan perusahaan Amerika. Itu ada beberapa titik, yang dilelang 8 titik. Kita bidik yang di atas 50 MW,” tandas Pandu.(RA)