JAKARTA – Pemerintah mengancam akan menghentikan pengoperasian Stasiun Pengisian Bahanbakar Umum (SPBU) Vivo yang dioperasikan PT Vivo Energi Indonesia,  jika tidak bisa membangun SPBU dan menyalurkan bahan bakar minyak (BBM) dengan research octane number (RON) 89 di luar Pulau Jawa, khususnya di pulau-pulau terluar.

Ego Syahrial, Direktur Jenderal Migas Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM),  menegaskan izin yang diberikan pemerintah kepada SPBU Vivo bukan tanpa dasar, Vivo telah berjanji untuk membangun SPBU dan menyalurkan di wilayah-wilayah Indonesia Timur.

“Ya boleh (jual RON 89). Syaratnya cuma satu, bangun di Timur. Kalau tidak bangun di Papua,  ya percuma,” kata Ego seusai menggelar konferensi pers di Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Jumat (27/10).

Ego mengatakan pemerintah telah memanggil kembali pihak Vivo untuk merumuskan wilayah mana saja yang akan segera dibangun SPBU di Indonesia Timur pada tahun ini. Vivo telah menyatakan siap  membangun SPBU pertama di luar Pulau Jawa, yakni di Pulau Seram, Maluku.

“Harus (bangun). Tadi dia kita panggil, yang pertama di Seram. kalau tidak (bangun) ya kita tutup. Gampangnya gitu,” kata Ego.

Vivo Energi Indonesia pada Kamis (26/10) resmi meluncurkan BBM varian baru, yakni Revvo 89 dengan Research Octane Number (RON) 89. Padahal sebelumnya, Vivo masih memperkenalkan varian BBM dengan RON 88 dengan banderol Rp6.550 per liter.

Selain itu, Vivo juga memasarkan BBM RON 90 seharga Rp 7.500 dan RON 92 dengan harga Rp8.250.

Saat diresmikan Ignasius Jonan, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM),  Vivo langsung merubah jenis BBM yang dijual serta harganya yakni mengganti RON 88 dengan RON 89 seharga Rp 6.100 per liter.(RI)