JAKARTA – PT Terregra Asia Energy melalui anak usahanya, PT Terregra Hydro Power (THP), menargetkan empat proyek pembangkit listrik tenaga air (PLTA) di Sumatera Utara (Sumut) bisa beroperasi (commercial of date/COD) pada 2019.

Lasman Citra, Wakil Direktur Utama Terregra Asia Energy, mengatakan total kapasitas empat proyek PLTA tersebut sebesar 36 megawatt (MW). “Empat proyek pertama investasinya US$ 70 juta-US$90 juta. Pendanaan tetap membutuhkan pinjaman perbankan dalam maupun luar negeri. Pembiayaan kita butuhkan saat sudah COD, tahun ini mulai konstruksi,” kata Lasman di Jakarta.

Menurut Lasman, keseluruhan aktivitas Terregra Asia Energy saat ini berada di pulau Sumatera dan Indonesia Bagian Timur. Total 12 proyek yang digarap Terregra dengan target kapasitas terpasang 450 MW. Perseroan juga memiliki dua anak usaha, yakni THP yang membidangi PLTA serta PT Terrrgra Solar Power (TSP) di bidang pembangkit listrik tenaga surya (PLTS).

“Untuk proyek PLTS, kita akan menjadi salah satu partisipan peserta tender PT PLN (Perseroan) di semester II,” ungkap Lasman.

Dia menambahkan, Terregra yang mulai beroperasi pada 1996 terus melakukan terobosan dengan riset dan survei untuk memperoleh lokasi proyek baru. Saat ini, perseroan yang fokus pada jasa teknis dan pemasok suku cadang pembangkit listrik untuk PLN ini juga tengah melaksanakan survei potensi PLTA di Kalimantan Utara, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Selatan.

Untuk mendukung proyek-proyek yang tengah dikembangkan, Terregra Asia Energy akan melepas 600 juta saham atau sekitar 21,34% dari total modal disetor setelah penawaran umum. Pada penawaran saham ini, calon emiten akan menggunakan laporan keuangan per 31 Oktober 2016 dalam Pernyataan Pendaftaran ke Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

“Target perolehan dana IPO (initial public offering) sebesar Rp 120 miliar-Rp198 miliar, dengan kisaran harga per saham Rp 200-Rp330,” ungkap Wientoro Prasetyo, Direktur Utama PT Lautadhana Securindo selaku penjamin efek (lead underwriter Terregra).

Rencana penggunaan dana IPO sekitar 97% akan digunakan sebagai penyertaan modal, pada anak usaha untuk menunjang pembiayaan proyek-proyek pembangkit listrik.

Perseroan hingga 31 Oktober 2016 memiliki aset sebesar Rp 283,435 miliar dengan pendapatan sekitar Rp 9 miliar. Laba kotor sebesar Rp 1,843 miliar, dan laba usaha mencapai Rp 1,229 miliar.

“Sisanya, akan digunakan sebagai mod kerja untuk mendukung kegiatan operasional usaha jasa teknis dan pemasok suku cadang pembangkit listrik,” tandas Lasman.(RA)