JAKARTA – PT Pertamina (Persero) memastikan kenaikan dividen yang harus disetorkan kepada negara pada 2017 tidak akan menganggu aktivitas ekspansi dan investasi perseroan.

“Pertamina tetap akan melanjutkan, bahkan mempercepat berbagai investasi dan proyek besar yang sudah direncanakan seperti pembangunan kilang, meski setoran dividen naik,” tegas Dwi Soetjipto, Direktur Utama Pertamina.

Kilang Cilacap

Pada tahun ini, Pertamina menyetorkan dividen sebesar Rp 6,8 triliun atau sekitar 35% dari laba bersih 2015 yang mencapai US$ 1,42 miliar atau sekitar Rp 19,42 triliun. Jumlahnya lebih tinggi dibandingkan dividen tahun buku 2014 yang mencapai Rp 6,3 triliun.

Komisi VI DPR RI sebelumnya menyetujui usulan Menteri Keuangan Sri Mulyani yang mewakili Menteri BUMN untuk meningkatkan dividen BUMN ke negara untuk tahun buku 2016 dari Rp38 triliun menjadi Rp41 triliun. Hal ini setelah mempertimbangkan capaian laba BUMN hingga semester I 2016.

“Berita bagus buat saya sebagai Menkeu karena deviden naik terus. Semakin sering saya mewakili, akan semakin naik,” kata Sri.

Berly Martawardaya, pengamat ekonomi energi dari Universitas Indonesia, mengatakan kenaikan dividen bagi Pertamina sangat memungkinkan apalagi melihat kinerja positif keuangan perusahaan pelat merah itu. Salah satu kuncinya adalah penerapan strategi efisiensi yang cukup sukses pada tahun ini.

“Asal tidak boros dan tidak ada krisis harusnya target dividen bisa tercapai,” kata Berly.

Menurut Dwi, Pertamina seperti juga kontraktor kontrak kerja sama (KKKS) lainnya tentu harus melaksanakan upaya efisiensi, apalagi pemerintah terus mendorong pengetatan anggaran biaya operasi yang dikembalikan (cost recovery).

“Mudah-mudahan kinerja bagus jadi tidak apa-apa. Cost Recovery diketatkan, jangan sampai development menurun,” tandas dia.(RI)