BOJONEGORO – PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk atau PGN, badan usaha milik negara di sektor infrastruktur dan distribusi gas, menargetkan pembangunan pipa gas Duri-Dumai rampung dan mulai mengalirkan gas paling lambat pada 1 Oktober 2018.

Jobi Triananda, Direktur Utama PGN, mengatakan PGN telah merampungkan pengerjaan pipa distribusi dan pekerjaan terbesar saat ini adalah pembangunan pipa transmisi yang dibangun bersama dengan PT Pertamina Gas (Pertagas), anak usaha PT Pertamina (Persero). PGN harus menyelesaikan pembangunan pipa untuk bisa mengalirkan gas sebelum tenggat waktu, jika tidak ingin mendapat pinalti.

“Harus Oktober 2018, kalau tidak kita take or pay. Target harus 1 Oktober 2018. Kita bicara dengan semua pihak supaya bisa mendukung gasnya mengalir pada 1 Oktober 2018,” kata Jobi di Bojonegoro, Jawa Timur, Senin (25/9).

Proyek pipa Duri-Dumai yang sempat tertunda beberapa tahun kembali dibangun seiring keluarnya Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 4975 K/12/MEM/2016. Kepmen tersebut mewajibkan Pertamina dan PGN membangun bersama infrastruktur gas Duri-Dumai berikut infrastruktur penunjangnya.

Pertamina akan menguasai saham mayoritas, 60% proyek pipa Duri-Dumai. Sisa 40% akan dimiliki PGN. Kebutuhan belanja modal yang mencapai US$ 76 juta akan ditanggung bersama kedua BUMN tersebut sesuai porsi kepemilikan saham.

Pipa transmisi gas Duri Dumai berdiameter 24 inci sepanjang 67 kilometer akan dibentangkan dari Duri sampai Dumai. Sekitar 70% jalur utama pipa akan tertanam di bawah jalan raya dan 20%-30% masuk ke kawasan perkebunan.

PGN ditugaskan untuk menyediakan gas untuk konsumen industri di wilayah Sumatera Selatan, Riau, dan Jambi dengan membangun pipa 100 kilometer dengan volume 160 juta kaki kubik per hari (MMSCFD).

Pertamina bertugas untuk membangun pipa sepanjang 67 kilometer dengan volume 157 MMSCFD yang diperuntukan untuk mengoptimalkan kilang Dumai.

Menurut Jobi, seiring terbangunnya infrastruktur pipa Duri-Dumai maka dengan sendirinya akan timbul demand atau permintaan akan gas.

“Buyers sudah ada kelihatan, tapi harus juga dilihat bahwa negara harus hadir menyiapkan infrastruktur. Tidak hanya menunggu demandnya ada baru bangun infrastruktur. Kita menyiapkan infrastruktur kemudian demand tumbuh, itu yang kita lakukan,” ungkap dia.

Jobi memperkirakan kebutuhan gas akan tumbuh dengan pesat dalam rentang waktu 4-5 tahun setelah infrastruktur pipa tersedia dengan baik. Dalam kondisi saat ini inisiatif pembangunan infrastruktur pipa diperlukan. Pasalnya investor atau kalangan pelaku usaha juga tidak akan mau menggelontorkan dana besar tanpa ketersediaan infrastruktur penunjang investasi. Sementara pemerintah sangat membutuhkan investasi untuk menyokong pertumbuhan ekonomi.

“Kayak ayam dan telur. Industri tidak akan mau investasi, swasta tidak akan investasi kalau tidak ada infrastrukturnya. Jadi yang didorong oleh pemerintah sekarang adalah penyiapan infrastruktur,” tandas Jobi.(RI)