JAKARTA – Program Lampu Tenaga Surya Hemat Energi (LTSHE) dinilai membutuhkan dukungan teknis untuk dapat bertahan dan memberikan manfaat yang besar bagi penggunaannya. Hal ini berarti komitmen dari pemerintah dan produsen LTSHE untuk menyediakan layanan teknis pasca instalasi sangat penting.

“Kementerian ESDM perlu memastikan bahwa LTSHE ini diberikan kepada rumah tangga yang sesuai dengan kriteria sasaran. Monitoring dan sistem verifikasi sangat penting,” ujar Faby Tumiwa, Direktur Indonesia Essential Services Reform (IESR) kepada Dunia Energi, Jumat (27/10).

Lampu Tenaga Surya Hemat Energi LTSHE sebagaimana namanya memang menyediakan listrik secara terbatas untuk penerangan (3 lampu) dan untuk pengisian mobile phone.
“Jadi, keterbatasannya, adalah jasa energi yang dapat disediakan oleh LTSHE relatif terbatas. Walaupun sejauh yang saya tahu kualitas penerangan LTSHE konon lebih baik dibanding sistem Solar Home System (SHS) sebelumnya,” kata  Faby.
Prinsip kerja LTSHE adalah energi dari matahari ditangkap oleh panel surya, diubah hub kapasitor menjadi energi listrik kemudian disimpan di dalam baterai. Energi listrik di dalam baterai ini yang kemudian digunakan untuk menyalakan lampu.
Prinsip tersebut merupakan prinsip photovoltaic yang menggabungkan antara sumber energi konvensional dengan sumber energi terbarukan. Penggunaan LED sebagai bagian dari komponen lampu yang menghasilkan daya 3 Watt jauh lebih efisien dibanding lampu pijar yang mencapai 25 Watt, penggunaan Lithium Battery sebagai kapasitor menjadikan lampu dapat beroperasi maksimum hingga 60 jam,mserta penggunaan chip management energy sebagai inverter yang mengolah energi masuk, energi simpanan, dan energi keluaran.
Komponen terpenting dalam LTSHE adalah panel surya (Solar Cell). Sel surya merupakan komponen elektronika yang mengubah energi surya menjadi energi listrik dalam aliran arus searah (DC) dengan tenaga listrik yang dihasilkan oleh satu solar cell sangat kecil sehingga beberapa solar cell harus digabungkan menjadi module dengan daya keluaran yang dapat dihasilkan 130 Watt. daya yang cukup besar jika untuk menyalakan 1 (satu) buah LTSHE sebesar 3 Watt. Selain daya yang dibutuhkan tergolong rendah, pemanfaatan energi surya memiliki keunggulan yakni persediaan energi surya hampir tidak terbatas (terutama di daerah iklim tropis), tanpa adanya polusi dan emisi gas rumah kaca yang sehingga mengurangi indikasi pemanasan global.
Faby menekankan bahwa tantangan terbesar LTSHE saat ini adalah distribusi ke 70 ribu lebih pengguna tahun ini, dan 150 ribu unit dalam dua tahun mendatang.
“Lokasi yang dijangkau cukup sulit dan juga identifikasi penerima dari LTSHE,” kata Faby.(RA)