JAKARTA – Wilayah kerja (WK) Jambi Merang diproyeksikan masih memiliki potensi paling besar diantara blok yang akan habis kontrak (terminasi) pada 2019. Produksi Jambi Merang bisa ditingkatkan hingga 120 juta kaki kubik per hari (MMSCFD), dari rata-rata produksi saat ini 80 MMSCFD gas dan 3.700 barel per hari (bph) minyak.

Amien Sunaryadi, Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas (SKK Migas), mengatakan rata-rata produksi di Jambi Merang saat ini masih belum optimal, terutama produksi gas. Bukan karena urusan teknis kondisi lapangan, melainkan ketersediaan pembeli. Padahal produksi bisa ditingkatkan hingga 120 MMSCFD.

Potensi pembeli gas Jambi Merang antara lain adalah pengembang listrik swasta (independent power producer/IPP), penggunaan gas untuk dijadikan pembangkit listrik dan bahan bakar transportasi atau kendaraan.

“Dijual ke perusahaan perkebunan dan pabrik didekat situ. Yang oleh perkebunan ini untuk pembangkit listrik dan LNG. Jadi, mereka siap membangun mini LNG plant. Mereka punya truk untuk perkebunan. Nah, mereka daripada pakai solar, lebih cenderung pakai LNG,” kata Amien.

PT Pertamina (Persero) kembali ditetapkan untuk mengelola dua blok terminasi, blok Jambi Merang dan Raja/Pendopo. Pertamina sebelumnya juga telah mendapatkan delapan blok yang terminasi pada 2018.

Untuk mendukung peningkatan produksi di Jambi Merang, kegiatan eksplorasi ditingkatkan dengan komitmen kerja pasti lima tahun kedepan dan ratusan juta dolar AS untuk eksplorasi. ”Semoga Pertamina bisa dapat potensial giant discovery,” kata dia.

Syamsu Alam, Direktur Hulu Pertamina, mengatakan potensi besar diperkirakan masih dimiliki dua blok yang didapatkan Pertamina, terutama blok Jambi Merang. Untuk itu, Pertamina akan meningkatkan aktivitas eksplorasi.

“Untuk Jambi Merang itu US$ 214 juta untuk eksplorasi saja,” tukas Syamsu di Jakarta, akhir pekan lalu.

Menurut Syamsu, selain untuk LNG maupun dialirkan melalui gas pipa nantinya di Jambi Merang yang saat ini memiliki cadangan terbukti sekitar 1 TCF, masih terdapat potensi gas yang bisa dijadikan LPG.

“Jambi Merang reservoar capacitynya bisa kami tingkatkan sampai 120 MMSCFD, tapi pembelinya belum ada. Lalu potensi LPG juga,” kata dia.

Nicke Widyawati, Pelaksana Direktur Utama Pertamina, mengatakan untuk bisa mengoptimalkan produksi di blok migas yang telah diberikan pemerintah, saat ini manajemen mengkaji kemungkinan untuk melakukan pengelolaan bersama atau partnership. Partnership untuk memitgasi risiko, selain juga dari financial dan teknik.

Dengan target agresif, upstream Pertamina juga memilih blok berkapasitas besar dengan cadangan yang proven dikelola.

“Dengan kondisi kedepan, kami mesti prioritas juga. Secara risiko, kalau misalnya ada, ya kami hitung. Opsi kerja sama tetap terbuka juga. Investasi kami kan tidak cuma di upstream,” kata Nicke.(RI)