JAKARTA – PT PLN (Persero) dipastikan segera mengakuisisi perusahaan pertambangan batu bara tahun ini. Hal ini terkait rencana badan usaha milik negara (BUMN) sektor kelistrikan tersebut untuk mengamankan pasokan batu bara jangka panjang.
“PLN sudah diberi lampu hijau oleh pemerintah, silakan kalau mau akuisisi tambang,” ungkap Supangkat Iwan Santoso, Direktur Pengadaan PLN, di Jakarta,  akhir pekan lalu.
Iwan belum bisa menyebutkan secara detail lokasi tambang batu bara tersebut, karena harus melihat terlebih dahulu tambang dan kalori yang dihasilkan dari batu bara.
Langkah akuisisi diharapkan dapat menghemat biaya pembelian batu bara sebagai energi pembangkit listrik tenaga uap (PLTU)
“Kalau hanya mengandalkan batu bara di pasar, harganya naik turun. Sebanyak 55% pasokan listrik sekarang dari pembangkit batu bara. Harga di luar kendali PLN. Jadi PLN berupaya secara jangka panjang pasokan bisa kita amankan,” ujar Iwan.
Saat ini, 60% pembangkit milik PLN merupakan PLTU. Pengelolaan sendiri tambang batu bara dinilai akan lebih efisien dibandingkan membeli batu bara dari pihak ketiga.
Rencananya, PLN akan membangun PLTU mulut tambang di tambang batu bara yang dikuasai. Berdasarkan peraturan dari pemerintah, pemilik PLTU mulut tambang harus memiliki saham sekurang-kurangnya 10% di perusahaan yang memegang Izin Usaha Pertambangan (IUP).
Sepanjang enam bulan pertama tahun ini, PLN mencatat kenaikan nilai penjualan tenaga listrik sebesar 13,22% menjadi Rp 118,5 triliun dibanding periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 104,7 triliun. Pertumbuhan penjualan ini berasal dari kenaikan volume penjualan menjadi sebesar 108,4 Terra Watt hour (TWh) atau naik 1,17 % dibanding periode sama tahun lalu sebesar 107,2 TWh.
PLN selama semester pertama 2017 menambah kapasitas pembangkit sebesar 1.663 MW yang berasal dari pembangkit PLN sebesar 463 MW dan tambahan kapasitas dari Independent Power Producer (IPP) sebesar 1.199 MW. Serta menyelesaikan 1.489 kilometer sirkuit (kms) jaringan transmisi dan Gardu Induk sebesar 5.750 MVA.
Peningkatan konsumsi kWh PLN juga didukung dari adanya kenaikan jumlah pelanggan dimana sampai dengan akhir semester I tahun 2017 telah mencapai 65,9 juta atau bertambah 1,6 juta pelanggan dari akhir tahun lalu sebesar 64,3 juta pelanggan. Kenaikan konsumsi kWh tersebut di dominasi oleh konsumsi listrik di golongan tarif industri.
Bertambahnya jumlah pelanggan ini juga mendorong kenaikan rasio elektrifikasi nasional yaitu dari 91,16  % pada 31 Desember 2016 menjadi 92,79 % pada 30 Juni 2017.(RA)