JAKARTA – PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) atau PGN hingga saat ini masih mengkaji opsi-opsi skema pengalihan PT Pertamina Gas (Pertagas) ke perseroan. Pengalihan tersebut setelah PGN menjadi bagian dari PT Pertamina (Persero) yang akan menjadi induk usaha (holding) BUMN migas.

“Perseroan memperkirakan pelaksanaan transaksi pengalihan Pertagas dilakukan tiga bulan setelah diterbitkannya PP holding BUMN migas,” kata Rachmat Hutama, Sekretaris Perusahaan PGN.

Pertamina akan mengalihkan Pertagas yang merupakan anak usaha Pertamina ke PGN dalam suatu proses yang dilakukan secara segera setelah diterbitkan Peraturan Pemerintah mengenai penambahan penyertaan negara ke dalam modal saham Pertamina melalui pengalihan saham seri B milik negara pada PGN.

Dalam laporannya ke Bursa Efek Indonesia, Selasa (6/2), PGN mengungkapkan penggabungan Pertagas dan PGN akan dilakukan melalui tiga opsi, yakni penggabungan (merger) antara PGN dengan Pertagas; inbreng saham Pertamina di Pertagas ke PGN dan pengambilalihan (akuisisi) saham Pertagas.

Menurut Rachmat, PGN masih melakukan pembicaraan awal dengan Pertamina terkait transaksi pengalihan Pertagas yang nantinya akan diikuti oleh proses lainnya untuk mendapatkan struktur dan nilai transaksi.

“Secara finansial dampak transaksi pengalihan Pertagas belum dapat diketahui secara pasti, hingga perseroan mempunyai nilai transaksi,” ungkap dia.

Pertagas per Desember 2017 tercatat memiliki total aset US$1,92 miliar. Anak usaha Pertamina itu juga membukukan pendapatan US$624,6 juta dan laba bersih US$141,3 juta. Disisi lain, PGN hingga saat ini belum merilis laporan keuangan 2017.

Namun jika merujuk pada laporan per September 2017, PGN membukukan pendapatan US$2,16 miliar dan laba bersih US$97,9 juta. Disisi lain, Pertagas hingga September 2017 membukukan pendapatan US$463,62 juta dan laba bersih mencapai US$111,52 juta.

Seiring rencana penggabungan Pertagas ke PGN, Pertamina telah menarik langsung PT Perta Arun Gas dan PT Perta Samtan Gas dibawah kendalinya dan lepas dari Pertagas. Tanpa kedua anak usahanya itu, Pertagas menargetkan laba bersih 2018 sebesar US$116 juta.

“Untuk RKAP 2018, target laba bersih US$116 juta karena Perta Arun dan Perta Samtan akan masuk ke holding (Pertamina). Itu untuk memudahkan secara konsolidasi. Kami bersama Pertagas Niaga tetap menjadi satu kesatuan,” ujar Suko Hartono, Direktur Utama Pertagas saat Diskusi Energi and Mining Editor Society (E2S) bertema Outlook Industri dan Gas 2018 di Bogor, Jawa Barat, Jumat (2/2).

Perta Arun dan Perta Samtan merupakan dua dari empat anak usaha Pertagas. Dua anak usaha lainnya adalah PT Pertagas Niaga dan PT Perta Daya Gas. Perta Arun dan Perta Samtan tercatat dua anak yang memberikan kontribusi terbesar bagi laba bersih Pertagas.

Pada 2017, Perta Samtan tercatat membukukan laba bersih US$26,7 juta dan Perta Arun mencetak laba bersih US$24,6 juta. Selain itu, Pertagas Niaga memberikan kontribusi laba bersih US$9,3 juta dan Perta Daya sebesar US$644 ribu. Sisanya, sekitar 67%, berasal dari laba bersih Pertagas sendiri.(AT)