KOPENHAGEN– Statkraft, perusahaan asal Norwegia, tertarik untuk mengembangkan potensi hidropower di Indonesia karena potensinya yang cukup besar untuk menjadi pembangkit listrik tenaga air (PLTA). Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) bahkan telah meminta meminta perusahaan tersebut untuk menilai 60 waduk yang ada di Indonesia.

“Untuk tahap awal, akan dimulai di Pulau Jawa untuk menilai potensi-potensi yang ada,” ujar Menteri BUMN Rini M Soemarno di Kopenhagen, Senin.

Rini mengatakan Kementerian BUMN berencana  mengoptimalisasi kegunaan waduk, bukan hanya sebagai penyedia air untuk irigasi akan tetapi menjadi PLTA. Pemeirntah juga memberikan jaminan kemudahan bagi investor asing untuk berinvestasi.

“Memang waduk ini sudah ada dan dipergunakan untuk irigasi, namun kami melihat potensi untuk hidropower. Mereka berencana datang ke Indonesia pada Oktober 2016 ke Indonesia,” ujar Soemarno.

Salah satu contoh di Bendungan Jatiluhur, di Jawa Barat. Pada waduk yang membendung air dari Sungai Citarum itu sesungguhnya memiliki potensi sebesar 600 MegaWatt (MW).

“Jatiluhur itu memiliki potensi 600MW, akan tetapi saat ini masih di bawah 100MW. Dengan rencana ini, nantinya juga akan bisa masuk dalam program tambahan energi listrik sebesar 35.000MW. Ini juga untuk energi terbarukan, dimana Indonesia memiliki komitmen untuk hal itu,” kata Rini seperti dikutip Antara.

Sementara itu, Direktur Perencanaan Korporat PT PLN (Persero) Nicke Widyawati, mengatakan, dari 60 waduk tersebut, semuanya dipastikan bisa untuk hidropower. “Sesungguhnya semua waduk itu memiliki potensi, namun selama ini masih hanya dipergunakan untuk irigasi saja,” katanya.

Menurut dia, sesungguhnya di Indonesia memiliki potensi yang cukup besar untuk pembangkit listrik tenaga air, terlebi di luar Pulau Jawa. Salah satu contoh adalah sungai di Provinsi Kalimantan Utara memiliki potensi mencapai 6.000MW.

“Jika di luar Pulau Jawa potensinya besar, tapi permintaannya sedikit. Listrik di Indonesia itu bukan hanya soal membangun saja. Seperti di Kaltara, itu satu sungai bisa 6.000MW potensinya, tapi permintaan hanya 60MW. Jadi harus mendekatkan industrinya,” kata dia.

Nicke menambahkan, jika sumber potensi pembangkit listrik tenaga air tersebut ada di Pulau Jawa, maka masih bisa ditransmisikan. Namun, jika di luar Pulau Jawa, memang sedikit mengalami kesulitan akan tetapi bisa mendekatkan sektor industri ke wilayah yang memiliki potensi besar.

“Berbeda dengan di Norwegia, listrik bisa dijual ke negara lain. Sementara di Indonesia ada 17.000 pulau, dan permintaan ada yang besar dan kecil,” kata dia.

Rini dan rombongan tengah melakukan kunjungan kerja ke empat negara Skandinavia, yaitu Norwegia, Swedia, Finlandia, dan Denmark, sepekan terakhir. Dalam kunjungan kerja tersebut, pemerintah tengah berupaya menarik investor dari negara-negara itu untuk melakukan investasi di Indonesia.

Pada akhir kunjungan ke Denmark, telah dilakukan penandatanganan perjanjian pembelian listrik antara PT PLN Persero dengan kelompok internasional investor dan menggandeng Vestas Wind Systems Denmark untuk proses konstruksi Pembangkit Listrik Tenaga Bayu. (DR)