JAKARTA – Penurunan permintaan listrik dinilai harus dimanfaatkan dengan mengurangi porsi Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) dan menambah Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG) maupun pembangkit berbasis energi baru terbarukan (EBT).

Faby Tumiwa, Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform (IESR), mengatakan dengan memprioritaskan pembangunan PLTU, PT PLN (Persero) justru memperbesar eksposure risiko.

“Biaya investasi pembangkit terdistribusi, seperti sel surya dan batterai penyimpan membuat teknologi ini dapat berpeluang menjadi disruptive technology untuk pembangkit skala besar seperti PLTU,” kata Faby kepada Dunia Energi, Kamis (1/3).

Dalam Rancangan RUPTL 2018-2027, PLN menurunkan porsi pembangkit EBT dari 21 ribu megawatt (MW) menjadi 14 ribu MW.  Alasannya, terjadinya penurunan proyeksi permintaan listrik.

Menurut Faby, solar rooftop dan baterai dapat menjadi ancamanan bagi PLN. Aplikasinya di skala rumah tangga dan komersial dengan harga yang kompetitif dalam 5-10 tahun mendatang dapat memangkas kebutuhan dan permintaan listrik pelanggan rumah tangga dan komersial dari PLN. “Akibatnya, kapasitas PLTU yang terbangun akan idle,” kata Fabby.

Faktor lainnya yang perlu dipertimbangkan adalah menurunnya pertumbuhan permintaan listrik sejak 2013 dapat berlanjut di tahun-tahun mendatang. Penurunan pertumbuhan ini terjadi karena terjadi efisiensi pada sisi pelanggan listrik dan berkurangnya penggunaan listrik dari segmen konsumen industri akibat relokasi, efisiensi mesin, dan pengurangan volum produksi.

“Memang tidak mudah memperkirakan beban listrik dalam 5-10 tahun mendatang karena faktor-faktor penentunya sangat dinamis dan sukar ditebak,” kata Faby.

Menurut dia, permintaan listrik saat ini tidak sama dengan 10-15 tahun lalu. Saat itu kebutuhan listrik naik pesat diatas laju pertumbuhan ekonomi.

“Saat ini laju pertumbuhan listrik sudah dibawah laju pertumbuhan ekonomi, dan kemungkinan trend ini akan terus berlanjut. Jika ini terjadi, maka risiko terjadinya over-supply pembangkit cukup tinggi,” kata Faby.(RA)