JAKARTA – PT Pertamina (Persero) menargetkan pembentukan perusahaan patungan dalam proyek revitalisasi (Refinery Development Master Plan/RDMP) Kilang Cilacap bisa rampung pada akhir 2019.

Ardhy Mokobombang, Direktur Megaproyek Pengolahan dan Petrokimia Pertamina, mengatakan saat ini proses pembahasan proyek yang bekerja sama dengan Saudi Aramco asal Arab Saudi adalah persiapan penandatanganan joint venture development agreement (JVDA). JVDA merupakan kelanjutan dari joint venture agreement (JVA) yang sempat disepakati pada akhir tahun lalu.

Dalam JVDA dibahas perubahan kesepakatan atau aturan main dalam studi sebelum pembentukan perusahaan patungan nantinya. Poin perubahan yang direvisi dari JVA ke JVDA adalah terkait studi bersama untuk menyusun paket engineering design yang dilakukan sebelum pembentukan perusahaan patungan. Padahal biasanya penyusunan tersebut dilalukan setelah pembentukan JV.

“Perkiraan, akhir 2019 sudah selesai studi. JVDA sebetulnya melanjutkan, kan dari JVA dulu untuk melanjutkan engineering paket. Nah kan perusahaan patungan kan belum ada maka kami revisi,” kata Ardhy saat ditemui di sela Pertamina Energy Forum, Rabu (13/12).

Pertamina dalam proyek revitalisasi Kilang Cilacap akan memiliki saham mayoritas 55% dan Saudi Aramco menguasai 45%. Pembagian tersebut sudah sesuai dengan kesepakatan kedua perusahaan dalam head of agreement yang ditandatangani akhir 2015.

Jika sudah selesai terbangun, kilang Cilacap akan mampu menghasilkan produk seperti gasoline lube oil dan petrokimia. Dengan rincian gasoline sebesar 80 ribu barel per hari (bph), minyak jenis diesel sebesar 60 ribu bph serta bahan bakar pesawat sebesar 60 ribu bph.

Selain kapasitas meningkat dari 358 ribu bph menjadi 400 ribu bph, kualitas pengolahan di Kilang Cilacap setelah direvitalisasi nantinya juga akan berkembang jauh dengan standar NCI menjadi 9,4 meningkat pesat dari sebelumnya yang hanya 4.

Menurut Ardhy, ke depan akan dilakukan inbreng aset atau penyatuan aset eksisting Kilang Cilacap untuk menjadi bagian dari perusahaan patugan yang akan dibentuk.

“Nanti kami bicarakan (inbreng aset) agar dimasukkan ke dalamnya,” ungkap dia.

Arcandra Tahar, Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), sebelumnya menyatakan inbreng aset menjadi salah satu poin diskusi panjang yang dibicarakan antara Saudi Aramco dan Pertamina.

Saudi Aramco berkeinginan aset yang ada di Kilang Cilacap sekarang menjadi bagian yang diinbrengkan atau sebagai modal dalam pembentukan perusahaan patungan nantinya.

“Nah, Saudi Aramco juga maunya aset eksisting dimasukan jadi aset JV nanti,” kata Arcandra.(RI)