JAKARTA – PT Pertamina (Persero) dinilai paling serius untuk bisa mengelola Blok Sanga-Sanga di Kalimantan Timur pasca berakhirnya kontrak PT Vico Indonesia pada 2018. Selain Pertamina, Vico yang menjadi operator eksisting juga telah mengajukan perpanjangan kontrak.

“Ya tinggal tunggu saja, suratnya dari dirjen migas ke menteri kan sudah. Jadi tunggu saja, kalau pak menteri kita harapnya segera. Supaya cepat karena persiapannya juga harus ada,” kata Tunggal, Direktur Pembinaan Hulu Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) saat ditemui di Kantor Kementerian ESDM, Rabu (4/1).

Dia menambahkan keseriusan Pertamina ditunjukkan dengan memasukan penawaran berbagai kegiatan pengembangan di blok yang memang dekat dengan beberapa wilayah kerja perseroan lainnya yang dikelola anak usahanya.

“Dari segi agresif itu Pertamina melakukan penawaran kegiatan-kegiatan. Kita evaluasi itu juga bersifat memutuskan, tapi itu keputusan pak menteri saya tidak mau dahului pak menteri,” tambah Tunggal.

Hak partisipasi Sanga-Sanga dikuasai BP East Kalimantan sebesar 26,25 persen yang baru saja dijual seluruhnya kepada SAKA Energy anak usaha PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk (PGAS), Lasmo Sanga Sanga 26,25 persen, Virginia Indonesia Co LLC 7,5 persen, OPICOIL Houston Inc sebesar 20 persen, Universe Gas & Oil Company 4,37 persen, dan Virginia International Co LLC 15,63 persen. Saat ini, PT VICO Indonesia menjadi operator Blok Sanga-Sanga.

Hinga semester I 2016, produksi siap jual (lifting) minyak Sanga-Sanga sebesar 18 ribu barel per hari (bph) dan lifting gas 31 ribu barel oil ekuivalen per hari (BOEPD).

Menurut Tunggal, pemerintah menargetkan bisa merampungkan proses kontrak blok terminasi di Sanga-sanga, sehingga bisa segera dilakukan persiapan peralihan. “Kalau dialihkan ke Pertamina kan butuh persiapan pegawai, adminstrasi, seperti di Mahakam,” katanya.

Selain Sanga-Sanga, Pertamina juga berencana untuk mengambilalih Blok East Kalimantan yang akan berakhir kontraknya pada Agustus 2018. Saat ini Blok East Kalimantan dikelola PT Chevron Indonesia Company.

Arcandra Tahar, Wakil Menteri ESDM, menyatakan meskipun sudah melewati batas target pengumuman penunjukan pengelola blok habis masa kontrak, para operator yang berminat untuk mengelola blok terminasi diyakini masih bisa melakukan persiapan untuk melakukan kegiatan saat kontrak barunya nanti diumumkan pemerintah.

“Kita boleh punya target. Target memang bulan lalu, tapi deadlinenya bukan bulan lalu , kan masih ada waktu,” tutupnya.(RI)