JAKARTA – PT Pertamina (Persro),  pemimpin konsorsium pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Gas Uap (PLTGU) Jawa I bersama dengan Merubani dan Sojitz berharap kucuran dana dari para lembaga pinjaman (lenders) untuk membiayai pembangunan pembangkit bisa segera cair. Hal ini untuk mengejar target percepatan pembangunan PLTGU Jawa 1.
Ginanjar, Authorized Representative of Consortium Pertamina-Marubeni-Sojitz, mengungkapkan saat ini komunikasi intens sedang dilakukan dengan konsorsium lenders yang terdiri dari Japan Bank for International Coorporation (JBIC), Nippon Export and Investment Insurance (NEXI) dan Asian Development Bank (ADB).
Semula, financial close (finalisasi pembiayaan) ditargetkan pada kuartal pertama 2018, namun kemungkinan besar akan mengalami pergeseran.
“Kami sebenarnya sudah paham ada pergeseran. Ada isu-isu kritikal yang sudah diangkat lenders dan kami sudah sampaikan. Biasanya lenders kan belakangan, tapi ini dari awal sudah bicara dengan lenders,” kata Ginanjar saat ditemui di sela seminar LNG to Power di Jakarta, Senin  (16/10).
Menurut Ginanjar, antisipasi yang telah dilakukan dengan membahas isu-isu utama dalam proyek membuat konsorsium bisa lebih siap memenuhi persyaratan yang diminta lenders untuk bisa mempercepat financial close. Pendanaan yang dibutuhkan proyek PLTGU Jawa 1 mencapai US$ 1,8 miliar.
Berdasarkan jadwal financial close seharusnya dilakukan pada September 2018. Namun, Pertamina ingin proses tersebut dipercepat ‎waktunya menjadi Juni 2018.Keinginan tersebut sudah didiskusikan dengan pihak lender.
Ginanjar optimistis permintaan percepatan financial close bisa dipenuhi karena ada berbagai faktor pendukung, seperti dua partner Pertamina yang berasal dari Jepang sama seperti negara asal para lenders.
“Kita diskusi dengan lenders bisa tidak dipercepat. Ini syarat-syarat sudah kami penuhi , apalagi ada dua pemainnya kan jepang juga,” ungkap dia.
PLTGU Jawa I merupakan proyek yang menjanjikan. Pasalnya, Pertamina diyakini sudah memiliki portofolio positif dalam menjalankan bisnis LNG. Kondisi ini seharusnya membuat lender tidak ragu melakukan financial close.
“Proyek ini kan 80% oleh lender, Tapi, uniknya ini proyek tidak ada government guaranty, lenders mau masuk. Dan lenders melihat ini LNG to power, Pertamina main di power dan main di LNG, seharusnya ini tidak membuat nervous lenders,” tutur Ginanjar.
PLTGU Jawa 1 kan dibangun di Cilamaya, Jawa Barat. Dengan kapasitas 1.760 MW, PLTGU Jawa I menjadi pembangkit listrik berbahan bakar gas terbesar di Asia Tenggara. PLTGU Jawa I juga merupakan pembangkit listrik berbasis gas pertama di Asia yang mengintegrasikan Floating Storage and Regasification Unit (FSRU) dengan PLTGU (Combined Cycle Gas Turbine/ CCGT). (RI)