JAKARTA – PT Pertamina (Persero) tidak keberatan dengan kemungkinan masuknya anggota konsorsium baru untuk mengembangkan Blok East Natuna. Selain Pertamina sebagai pemimpin konsorsium, dua anggota konsorsium Blok East Natuna lainnya adalah Exxonmobil dan PTTEP, asal Thailand.

 

“Kan investasi besar ya. Sekarang konsorsium yang ada akan membicarakannya.Saya pikir jika investasi besar ada yang banyak mau masuk itu bagus. Tapinanti tentu harus dibicarakan di konsorsium,” kata Dwi Soetjipto, Direktur Utama Pertamina, Senin (10/10)

Lebih lanjut Dwi menyatakan belum ada kata sepakat dengan anggota konsorsium terkait konsep bagi hasil, sehingga masih perlu pembicaraan lebih jauh. “Yang sekarang yang penting konsep bagi hasilnya gimana supaya ekonomis. Itu yang sedang didiskusikan,” kata tukasnya.

IGN Wiratmaja Puja, Direktur Jenderal Minyak dan Gas Kementerian ESDM, tidak menampik bahwa pemerintah kembali menawarkan Blok East Natuna ke beberapa negara, termasuk ke Jepang dan Malaysia Namun dia belum mau membeberkan perusahaan mana yang ditawarkan pemerintah untuk bisa bergabung dengan konsorsium yang sudah terlebih dahulu terbentuk.

Blok East Natuna menjadi salah satu primadona blok migas tanah air ditengah surutnya penemuan cadangan migas nasional. Data Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas (SKK Migas) menyebutkan potensi cadangan gas Blok East Natuna mencapai 46 triliun cubic feet (TCF) atau empat kali lipat dibanding cadangan Blok Masela, proyek gas terbesar yang saat ini tengah digarap, yang hanya memiliki cadangan sebesar 10,7 TCF.

“Namun tantangan besar menghantui pengembangan East Natuna dengan jumlah kandungan CO2 yang mencapai 72% mengharuskan setiap operatornya wajib memiliki modal investasi sangat besar untuk bisa menggarapnya,” tandas Wiratmaja.(RI)