JAKARTA – Pelaku usaha di sektor hulu minyak dan gas diminta memiliki konsep baru dalam kegiatan eksplorasi dan eksploitasi untuk bisa mendapatkan cadangan baru dalam jumlah besar (big fish). Pasalnya, dalam kurun 15 tahun terakhir tidak ada penemuan besar, praktis hanya Blok Masela yang tergolong temuan besar.
Gunung Sardjono Hadi, Presiden Direktur PT Pertamina Hulu Energi, menyatakan kontraktor kontrak kerja sama (KKKS) di Indonesia, terutama yang beroperasi wilayah laut dalam perlu memiliki konsep dan strategi baru, serta manajemen risiko termutakhir untuk mensiasati kendala investasi, seperti perizinan hingga rendahnya harga minyak. Selain itu, peran serta pemerintah juga menjadi kunci kesuksesan kegiatan eksplorasi dan eksploitasi.
“Kita juga perlu spekulatif survei di area offshore, termasuk deep water. Kami berharap ini bukan menjadi tanggung jawab kontraktor, kalau bisa itu menjadi tanggung jawab pemerintah,” kata Gunung di Jakarta.
Menurut Gunung, salah satu hal yang perlu dilakukan pemerintah untuk bisa menarik minat investor adalah penyediaan data lapangan. Dengan pemerintah mau melakukan survei di area offshore, maka data yang didapatkan akan menarik minat investor untuk masuk.
“Pemerintah akan mempunyai keuntungan dengan semakin banyak data, di mana pada saat akan di-bid maka harga akan naik dan pesertanya juga akan banyak,” ungkap dia.
Pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) saat ini tengah menyusun aturan mengenai pengelolaan migas di laut dalam dan lapangan marginal.  Beberapa aspek yang sedang dibahas, antara lain perpanjangan masa kontrak serta bagi hasil yang lebih menarik.
Insentif dari pemerintah wajar diberikan, karena selain bersiko tinggi, aktivitas hulu migas di laut dalam atau daerah marginal juga memerlukan dana yang tidak sedikit.
Sinta Damayanti, Kepala Dinas Keteknikan Geologi & Geofisika Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas (SKK Migas) mengungkapkan untuk bisa melakukan beberapa persiapan awal seperti pengecekan sebelum dilakukan pengeboran dana yang dibutuhkan tidak sedikit. “Seperti di sumur Lengkuas (Papua Barat) yang hanya gas indication dan sisanya dry. Sebagai informasi, Lengkuas ini sebagai pemegang rekor sumur termahal di Indonesia dengan biaya sampai US$ 225 juta, dan dry,” ungkap Sinta.
Penemuan cadangan besar di wilayah laut dalam Indonesia memang mendesak untuk ditemukan untuk bisa memenuhi kebutuhan migas yang terus meningkat. Data SKK Migas menunjukkan bahwa saat ini cadangan minyak Indonesia hanya tinggal sekitar 3,6 miliar barel, dan diperkirakan akan habis dalam waktu hanya belasan tahun.(RI)