JAKARTA – Pemerintah akan menggandeng Korea Selatan untuk mengembangkan teknologi baterai lithium yang menjadi sumber tenaga kendaraan listrik.

Luhut Binsar Pandjaitan, Menteri Koordinatoe Bidang Kemaritiman, mengungkapkan Korea Selatan sebagai kiblat penggunaan kendaraan,  khususnya mobil listrik sangat cocok diajak bekerja sama. Apalagi Korea Selatan merupakan salah satu negara  terdepan dalam teknologi lithium.

Baterai lithium selama ini menjadi kendala pengembangan mobil listrik di Indonesia.

“Kami berbicara mengenai baterai lithium untuk mobil listrik. Mereka dengan Jepang yang leading soal baterai,” kata Luhut usai menggelar pertemuan dengan duta besar Korea Selatan untuk Indonesia di Kantor Kemenko Maritim, Kamis (23/11).

Salah satu bentuk kerja sama yang akan dilakukan adalah dengan melakukan joint study.

Pemerintah akan mempercayakan pengembangan baterai lithium tersebut kepada para peneliti muda untuk dikirimkan ke Korea Selatan ataupun dengan mendatangkan para ilmuwan Korea.

“Sekarang dikumpulkan anak muda pintar di Instiute Teknologi Bandung (ITB). Nanti mereka dikaitkan untuk penelitian di Korea, atau mereka datang ke sini,” ungkap Luhut.

Indonesia selama ini dianggap tidak dengan maksimal memanfaatkan ketersediaan sumber daya alam berupa mineral yang menjadi bahan baku utama pembuatan baterai lithium.

Untuk memenuhi kebutuhan baterai lithium,  Indonesia masih harus mengimpor. Seiring kemajuan teknologi dan melimpahnya ketersediaan bahan baku maka pembuatan baterai lithium dilakukan di dalam negeri sehingga ujungnya adalah harga baterai yang terjangkau.

Harga baterai yang terlampau tinggi adalah salah satu kendala utama lambatnya penggunaan kendaraan listrik.

“Di Indonesia material banyak kenapa mesti impor,” kata Luhut.

Pemerintah saat ini tengah menggodok regulasi baru berupa peraturan presiden tentang larangan penjualan kendaraan dengan bahan bakar bensin pada tahun 2050. Hal ini untuk mendorong penggunaan kendaraan bertenaga listrik.(RI)