JAKARTA – PT PLN (Persero) didorong untuk meningkatkan kapasitas terpasang pembangkit listrik menjadi 79 ribu megawatt (MW) pada 2019. Saat ini, pembangkit listrik yang sudah beroperasi (commercial operation date/COD) sebesar 56 ribu MW.

“Intinya begini kira-kira, kalau PLN mencanangkan 2019 itu sekurang-kurangnya 79 giga watt menjadi kapasitas terpasang. Sekarang yang sudah COD 56 GW, untuk PLN saja. Nanti 2025 sekitar 125 GW,” ujar Ignasius Jonan, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) di Jakarta.

Menurut Jonan, target tersebut tidak dapat direvisi lebih rendah kebutuhan listrik nasional harus terpenuhi, sehingga lebih banyak masyarakat yang bisa menikmati listrik di berbagai daerah.

“Bukan mencoba memenuhi RUEN, tapi memenuhi kebutuhan listrik nasional. Kita berusaha meningkatkan kapasitas listrik terpasang dengan harga terjangkau kepada masyarakat,” ungkap dia.

Pemerintah juga akan membangun pembangkit listrik yang disesuaikan dengan sumber energi di suatu daerah, seperti pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) di dekat tambang batu bara. “Ke depan pembangunan prefer PLTU mulut tambang. Karena negara kepulauan tidak mungkin disambungkan transmition line 18.000 pulau itu mahal sekali,” kata Jonan.

Di daerah yang memiliki cadangan sumber daya alam tertentu juga dimanfaatkan penggunaannya untuk sumber energi listrik. Misalnya di Sumatera Selatan yang kaya akan batu bara maka direkomendasikan untuk dibangun PLTU Selain itu, daerah-daerah penghasil gas akan didorong untuk membangun wellhead untuk pembangkit listrik dan tidak perlu membangun regasifikasi.

“Ini supaya BPP-nya bisa kompetitif, untuk mengurangi biaya transportasi supaya listriknya lebih terjangkau. Ini akan dimulai pada RUPTL 2017,” tandas Jonan.(RA)