JAKARTA – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) berencana membuka data minyak dan gas bagi blok yang telah dikembalikan kontraktor kontrak kerja sama (KKKS). Langkah tersebut ditempuh sebagai bagian dari upaya mencari potensi migas di blok yang sudah ditinggalkan kontraktor.

IGN Wiratmaja Puja, Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM, mengungkapkan penyempurnaan sistem pengelolaan data hulu migas agar iklim investasi migas lebih menarik.

“Saat ini pemerintah akan menerbitkan permen (Peraturan Menteri) agar wilayah survei dibuka. Jadi mereka bisa melihat dan melakukan kajian,” kata Wiratmaja, baru-baru ini.

Dalam permen tersebut nantinya diharapkan ada keterbukaan data sehingga masyarakat luas dari berbagai cabang ilmu migas bisa langsung mengakses dan memberikan pendapat terkait struktur yang dianggap sudah tidak produktif.

Sujatmiko, Kepala Biro Kerjasama dan Layanan Informasi Publik Kementerian ESDM saat dikonformasi membenarkan adanya rancangan regulasi baru untuk bisa membuka data-data dari blok yang sudah dikembalikan oleh KKKS.

“Mekanismenya akan lebih mudah, nanti diintegrasikan dengan program one map ESDM, sehingga bisa diakses dimana saja,” kata dia kepada Dunia Energi.
Menurut Sujatmiko, keterbukaan data migas sudah cukup lumrah diterapkan diberbagai negara yang telah maju dalam industri migas.

“Contoh di Australia, disana itu ada mineral atau minyak data-data yang sudah dikembalikan seluruh datanya peta dan isinya apa saja bisa dibuka publik. Publik kan ada berbagai macam tingkat pemahaman geologi yang dibisa mengkaji,” ungkap dia.

Sujatmiko mengatakan pemerintah optimistis keterbukaan data migas bisa memacu adanya berbagai pemahaman baru dalam ilmu geologi yang terus berkembang, sehingga muaranya adalah lahir metode baru yang digunakan dalam menggali potensi migas di suatu lapangan.

Salah satu contoh nyata manfaat dari adanya pemahaman baru dalam geologi adalah eksploitasi shale gas oleh Amerika Serikat yang saat ini menggguncang harga minyak dunia.

“Dulu mengatakan shale gas sulit ternyata ketemu pemahaman baru dan sekarang besar produksinya. Jadi pemahaman baru yang akan dikejar,” tandas Sujatmiko.(RI)