JAKARTA – PT Pertamina Retail, anak usaha Pertamina di sektor hilir yang fokus pada pengelolaan bisnis Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) hingga Agustus 2016 mencetak laba bersih Rp108,5 miliar, hampir melampaui raihan laba bersih sepanjang 2015 sebesar Rp108,7 miliar. Hingga akhir tahun, perseroan menargetkan laba bersih bisa mencapai Rp224,6 miliar.

“Pertumbuhan laba bersih Pertamina Retail dalam 8 tahun terakhir mencapai 44%, yang ditopang dari bisnis penjualan fuel,” kata Toharso, Presiden Direktur Pertamina Retail di Jakarta, Jumat (30/9).

_dsc1057

Menurut Toharso, pendapatan terbesar Pertamina Retail 90% berasal dari penjualan bahan bakar minyak (BBM). Namun, perseroan menargetkan bisnis non-BBM seperti cafe, car wash maupun convenient store akan segera berkembang dan menjadi sumber pemasukan utama.

Hingga Agustus, Pertamina Retail membukukan pendapatan Rp6,9 triliun dari target 2016 sebesar Rp14,2 triliun.

“Pendapatan 90% memang dari fuel retail. Dari sisi margin non fuel lebih besar sekitar 15%, jika fuel margin hanya 4%. Jadi kalau non fuel berjalan baik nantinya akan lebih mendatangkan keuntungan karena target ke depan memperbesar non fuel,” ungkap dia.

Saat ini BBM memberikan kontribusi 70% terhadap laba bersih Pertamina Retail. Sisanya, 30% disumbang oleh non fuel.

Kedepan agar kontribusi non-BBM lebih besar, Pertamina Retail juga akan merubah desain SPBU untuk bisa mengikuti tren karena potensi dari non fuel, terutama modern market sangat menjanjikan.

“Data dari  asosiasi pengusaha retal Indonesia (Aprindo), itu ada Rp 150 triliun potensi modern market terdiri dari hypermart, mini market dan convenient store. Itu kan peluang bagus buat kita,” tandas Toharso.(RI)