JAKARTA – Pemerintah memastikan Perjanjian Jual Beli Gas (PJBG) lapangan Jambaran Tiung Biru (JTB) akan dilakukan paling lambat satu bulan dari penandatanganan Head of Agreement (HoA) antara PT Pertamina (Persero) dan PT PLN (Persero).

Arcandra Tahar, Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM),  menegaskan meskipun hanya berupa HoA,  kesepakatan antara Pertamina dan PLN bersifat absolut atau pasti karena sudah ada keputusan menteri yang menugaskan kedua perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) tersebut segera mengeksekusi proyek tersebut.

“PJBG paling telat satu bulan, dari HoA ini tanda tangan pak menteri sudah ada.  Jadi tidak berubah lagi. Ini pendahuluan, dalam waktu satu bulan saya akan lihat sendiri PJBG,” kata Arcandra di Kementerian ESDM,  Selasa (8/8).

PT Pertamina EP Cepu (PEPC) sebagai operator lapangan Jambaran Tiung Biru  sampai harus memangkas biaya capex dari sebesar US$ 2,05 miliar menjadi US$ 1,55 miliar demi  mencapai nilai keekonomian proyek.

Arcandra mengatakan pemerintah juga telah merevisi komposisi bagi hasil dengan menyerahkan 5% bagi hasil jatah pemerintah dan diberikan kepada kontraktor. Apalagi menurut Wamen kandungan CO2 lapangan JTB cukup tinggi sehingga otomatis biaya yang dibutuhkan juga akan meningkat sehingga wajar jika PEPC mendapatkan insentif.

“Untuk hulunya pemerintah sudah memutuskan karena disini ada CO2 cukup tinggi, keekonomiannya juga mepet. Maka yang dulunya 60 : 40 menjadi 55 untuk pemerintah dan 45 menjadi bagian Pertamina,” papar dia. .

Gas dari Lapangan JTB sendiri diperuntukkan untuk memasok kebutuhan gas bagi pembangkit listrik PLN yang direncanakan akan membangun Pembangkit Listrik Tenaga Gas Uap (PLTGU) Jawa 3. Kebutuhan gas sendiri adalah sebesar 100 MMSCFD dari total 172 MMSCFD gas yang bisa dihasilkan oleh Lapangan JTB. Nantinya gas untuk PLTGU Jawa 3 akan dialirkan melalui Pipa Gresik – Semarang (Gresem) sebesar 50 MMSCFD dan sisanya 50 MMSCFD akan dipasok ke PLTGU Tambak Lorok.

Yenni Andayani Direktur Gas dan Energi Baru Terbarukan (EBT) Pertamina,  mengungkapkan demi mencapai kesepakatan harga dengan PLN, harga gas di hulu dipatok hanya sebesar US$ 6,7 / MMBTU sementara untuk biaya transportasi (Toll Fee) pipa 0,9 / MMBTU.

“Untuk pipa Gresem sendiri ditargetkan sudah rampung pada pertengahan 2018, apalagi sudah ada JTB kita akan coba maksimalkan pembangunannya,” tandas Yenni.(RI)