JAKARTA – Harga minyak kembali merosot seiring dengan rencana Libya melipatgandakan produksi setelah para pemberontak sepakat untuk mengembalikan fasilitas minyak milik Crescent di sana. Di New York, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Oktober turun US$1,32 ke level US$ 43,58 per barel. Di London, minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman November turun US$ 1,25 menjadi US$45,85 per barel pada penutupan perdagangan Rabu (Kamis pagi WIB).

Tak lama setelah para pemberontak mengumumkan akan mengembalikan fasilitas Crescent kepada otoritas perusahaan minyak negara (NOC) Libya, Mustafa Sanalla, Ketua NOC Libya mengatakan hal itu bisa meningkatkan produksi dari saat ini 290 ribu barel per hari menjadi 600 ribu barel.

“Dalam waktu empat minggu bisa jadi 600 ribu barel per hari dari 290 ribubarel perhari. Pada akhir tahun ini, NOC bisa dengan produksi 950 ribu barel per hari,” kata Sanalla.

Kondisi tersebut tentu membuat pasar khawatir, pasalnya tindakan Libya akan menambah pasokan besar minyak mentah ke pasar dunia. Padahal OPEC dan Rusia mengadakan pembicaraan bulan ini untuk menahan produksi.Tertekannya harga minyak juga diakibatkan data dari Departemen Energi Amerika Serikat yang melaporkan adanya peningkatan stok minyak AS.

“Tidak hanya stok bensin dan sulingan meningkat tajam, produksi minyak mentah naik untuk pertama kalinya dalam empat minggu,” kata Fawad Razaqzada analis minyak City Index.(RI)