JAKARTA – Klaim pemerintah yang menyatakan investasi di sektor hulu minyak dan gas semakin menarik dinilai masih terlalu dini. Pasalnya, menarik atau tidaknya investasi tidak hanya berdasarkan jumlah perusahaan yang mengembalikan dokumen lelang wilayah kerja (WK) pada tahun lalu. Jika hanya sekedar ada peminat, lalu dinyatakan ada pemenang tender (laku), itu sebenarnya belum menandakan apa pun.

Pri Agung Rakhmanto, Pengamat Migas dari Universitas Trisakti, mengatakan jika merujuk data periode 2002-2014, lelang WK migas selalu ada peminat dan laku dalam jumlah (kuantitas) yang juga tidak sedikit, namun hasilnya tidak menggembirakan hingga sekarang.

“Tapi toh hasilnya tidak terefleksikan dalam bentuk peningkatan cadangan dan produksi. Jadi, yang lebih penting itu bukan kuantitas peminat atau kuantitas blok yang laku, tapi kualitas peminat dan juga kualitas blok yang digarap,” kata dia, Selasa (23/1).

Menurut Pri, salah satu yang harus dipastikan pemerintah menjelang lelang WK berikutnya adalah jaminan kepastian investasi dari sisi kebijakan. Pasalnya, hal tersebut kerap disanksikan pelaku usaha selama ini.

“Masalahnya kan ada di pemerintah sendiri. Permasalahan klasik, misalnya ketidakpastian akibat inkonsistensi kebijakan atau regulasi, perizinan atau birokrasi,” ungkap Pri.

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengungkapkan proses evaluasi WK migas yang akan dilelang tahun ini sudah memasuki tahap akhir. Hampir setengah dari 40 WK yang dievaluasi akan segera dilelang pada Februari 2018.

Arcandra Tahar, Wakil Menteri ESDM, menegaskan lelang WK migas secara resmi akan diumumkan pada pertengahan Februari, sedikitnya ada 25 WK yang akan kembali dilelang.

“Ada 25 WK migas. Sekitar tanggal 16-17 Februari baru dilelang,” kata Arcandra kepada Dunia Energi, Senin malam (22/1).

Pemerintah mengakui ada beberapa WK yang dinilai tidak akan menarik perhatian pelaku usaha, kebanyakan merupakan WK yang sempat dilelang juga pada tahun-tahun sebelumnya. Di antara WK tersebut terdapat tiga WK non konvensional yang tidak akan diikutsertakan dalam lelang selanjutnya.

“Yang lama-lama (WK migas), nanti kami lihat yang tidak menarik seperti apa. Non konvensional belum dengan harga (minyak) segini,” kata Arcandra.(RI)