JAKARTA – PT Pertamina (Persero) melalui anak usahanya PT Pertamina Hulu Indonesia (PHI) terus meningkatkan persiapan alih kelola Blok Mahakam dari PT Total E&P Indonesie dan Inpex Corporation yang kontraknya akan habis pada 31 Desember 2017. Hingga saat ini aktivitas pengeboran sumur di Blok Mahakam sudah melampaui 50% dari prognosa 15-17 sumur yang ditargetkan.

“Saat ini sudah mencapai 65%, atau realisasi sejauh ini sudah 11 sumur yang dibor,” kata Bambang Manumayoso, Direktur Utama PHI di Jakarta, Kamis (9/11).

Kontrak Pertamina di Blok Mahakam akan efektif berlaku pada 1 Januari 2018, namun perseroan diberi kesempatan untuk bisa masuk berinvestasi lebih dulu. Hal itu untuk mencegah penurunan produksi secara alami (decline) yang dipastikan terjadi. Apalagi Blok Mahakam telah memasuki fase keempat dalam produksi atau fase decline. Perkiraan rata-rata penurunan produksi jika tidak dilakukan berbagai upaya bisa mencapai 51%.

“Dengan adanya berbagai upaya, paling tidak decline rate hanya sekitar 30%,” tukas Bambang.

Data PHI menyebutkan rata-rata produksi Blok Mahakam untuk gas mencapai 1.282 BSCFD dan produksi minyak sebesar 40,77 KBOPD.

Bambang menegaskan dalam berinvestasi awal di Mahakam, PHI dituntut untuk melakukan efisiensi, baik oleh pemerintah maupun oleh korporat. Efisiensi yang dilakukan, baik di dari sisi waktu pengeboran (drill day) maupun dari sisi biaya yang dikeluarkan.

Pada 2017, Pertamina mengalokasikan dana investasi US$130 juta-US$150 juta dengan rata-rata biaya per sumur US$ 8 juta-US$9 juta untuk Blok Mahakam. “Drill day lebih cepat 25% dari target, serta biaya bisa berhemat sekitar 23%, bahkan untuk waktu pengeboran itu kami paling cepat satu sumur bisa hanya empat hari,” tandas Bambang.(RI)