NEW YORK– Harga minyak mentah turun pada akhir perdagangan Senin atau Selasa (17/7) pagi Waktu Indonesia Barat karena seorang pejabat senior AS telah dilaporkan mengatakan bahwa Amerika Serikat akan mempertimbangkan beberapa keringanan sanksi terhadap Iran.

Pelemahan harga minyak juga dipicu oleh keresahan perdagangan global yang bercampur aduk dengan tawaran Arab Saudi menambah suplai minyak mentah untuk Asia meningkatkan volatilitas pasar.

Berdasarkan data Bloomberg, harga minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak Agustus 2018 anjlok US$2,95 dan berakhir di US$68,06 per barel di New York Mercantile Exchange, level terendah dalam tiga pekan. Sedangkan patokan global, harga minyak Brent untuk pengiriman September 2018 anjlok US$3,49 dan berakhir di US$71,84 per barel di ICE Futures Europe exchange yang berbasis di London.

Minyak mentah acuan global ini diperdagangkan premium US$4,77 terhadap WTI untuk bulan yang sama serta ditutup di bawah rata-rata pergerakan 100 hari untuk pertama kalinya sejak Maret, mengindikasikan sinyal bearish.

Bloomberg menyebutkan harga minyak anjlok 4,2% di New York pada perdagangan Senin, setelah turun 5% pada Rabu pekan lalu. Hal ini meningkatkan ukuran volatilitas ke level tertingginya dalam sekitar setahun.

Steven Mnuchin, Menteri Keuangan AS,mengatakan pada Jumat (13/7) bahwa AS ingin menghindari mengganggu pasar minyak global. Karena itu, AS kembali memberlakukan sanksi-sanksi terhadap Teheran, dan dalam kasus-kasus tertentu akan mempertimbangkan keringanan bagi negara-negara yang membutuhkan lebih banyak waktu untuk menghentikan impor minyak mereka dari Iran.

“Kami ingin orang mengurangi pembelian minyak hingga nol, tetapi dalam kasus-kasus tertentu jika orang tidak dapat melakukannya dalam semalam, kami akan mempertimbangkan pengecualian,” kata Mnuchin seperti dikutip Reuters, mengklarifikasi beberapa komentar pejabat AS bahwa tidak akan ada pengecualian.

Steve Mnuchin, Menteri Keuangan AS (foto: The Daily Signal)

Di bagian data, jumlah rig yang beroperasi di ladang-ladang minyak AS tidak berubah pada 863 rig pada pekan lalu, perusahaan jasa ladang minyak Baker Hughes mengatakan dalam laporan mingguannya pada Jumat (16/7).

Pemerintah AS dikabarkan mempertimbangkan pelepasan minyak dari suplai minyak darurat AS yakni Strategic Petroleum Reserve (SPR) demi melemahkan kenaikan harga minyak. Opsi yang dipertimbangkan mulai dari uji penjualan sebesar 5 juta barel hingga pelepasan 30 juta barel dari SPR.

Bart Melek, Kepala Strategi Komoditas Global TD Securities, mengatakan ini sangat mirip dengan reaksi lanjutan atas potensi peningkatan pasokan.

“Kombinasi dari efek sisi penawaran dan potensi permintaan yang lebih sedikit sebagai akibat dari perselisihan perdagangan yang kita lihat, mendorong pelaku pasar untuk melepaskan posisi dari minyak saat ini,” katanya. (DR)