JAKARTA– Harga minyak mentah naik 3,5% pada perdagangan Senin atau Selasa (7/11) dini hari, menyentuh level tertinggi sejak awal Juli 2015. Peningkatan harga minyak itu dipicu oleh sikap Putra Mahkota Arab Saudi , Pangeran Mohammed bin Salman, yang menangkap sejumlah bangsawan, menteri dan investor, termasuk miliarder Alwaleed bin Talal dan kepala Garda Nasional, Pangeran Miteb bin Abdullah, pada akhir pekan lalu atas tuduhan korupsi.

Arab Saudi adalah salah satu produsen minyak mentah terkemuka di dunia. Pangeran Bin Salman diketahui mendukung upaya pemangkasan produksi oleh Perhimpunan Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC). OPEC diperkirakan memperpanjang pemotongan sekitar 1,8 juta barel per hari hingga sepanjang 2018.

Kantor berita Reuters di New York menyebutkan, kontrak berjangka minyak mentah Brent, naik 3,5% atau US$ 2,20 per barel menjadi US$ 64,27 per barel. Sedangkan patokan Amerika Serikat, minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI), naik US$1,71 atau sekitar 3% menjadi US$57,35 per barel. Kedua tolok ukur tersebut berada pada posisi tertinggi sejak awal Juli 2015.

Lonjakan harga minyak mentah dapat menyebabkan kenaikan inflasi yang potensial, yang dipandang sebagai faktor bullish untuk emas berjangka.

Raja Salman dari Arab Saudi memerintahkan untuk menahan sejumlah pejabat tinggi dalam negara yang dikenal sebagai pengekspor minyak mentah terbesar di dunia tersebut. Sumber dari komite antikorupsi Kerajaan Arab Saudi menginformasikan bahwa pemerintah telah menahan 11 Pangeran dan empat mantan menteri atas dugaan korupsi, termasuk di antara mereka adalah seorang anggota dewan kerajaan yang mengawasi perusahaan minyak negara serta salah satu direkturnya.

“Pangeran mahkota telah terang-terangan mendukung upaya perpanjangan pemangkasan produksi OPEC saat ini,” ujar Edward Bell, analis di Emirates Nbd Bank Pjsc., seperti dikutip dari Bloomberg.

Selain penangkapan pejabat di Arab Saudi, menurut Baker Hughes, peningkatan harga minyak juga dipicu penurunan jumlah rig di Amerika Serikat (AS) menjadi 729 rig sepanjang pekan hingga 3 November 2017, level terendah sejak Mei 2017.

Perusahaan energi AS memangkas sebanyak delapan rig minyak serta memperpanjang penurunan aktivitas pengeboran yang dimulai pada musim panas ketika harga turun di bawah US$50 per barel.

Analis untuk saat ini tidak melihat Arab Saudi, eksportir minyak terbesar di dunia, mengubah kebijakannya guna menaikkan harga minyak mentah.

Reformasi Pangeran Mohammed termasuk rencana untuk melepas saham perusahaan minyak milik negara, Saudi Aramco, tahun depan, dan harga minyak yang lebih tinggi dipandang menguntungkan bagi kapitalisasi pasarnya.

Menteri Energi Saudi, Khalid al-Falih, mengatakan kendati ada “kepuasan” dengan kesepakatan pemotongan produksi antara OPEC  dan produsen lainnya yang dipimpin oleh Rusia, namun “banyak pekerjaan belum dilakukan”.

Analis memerkirakan, ketikan pasokan mengetat, permintaan tetap kuat. Barclays Bank menaikkan perkiraan untuk harga rata-rata Brent pada kuartal IV 2017 sebesar US$ per barel menjadi US$ 60 per barel dan perkiraan sepanjang 2018 US$ 3 per barel menjadi US$ 55 per barel. (DR)