JAKARTA – Tren kenaikan harga minyak dunia berpotensi makin menekan sektor hilir PT Pertamina (Persero), khususnya dalam menjalankan distribusi bahan bakar minyak (BBM) penugasan. Apalagi hingga akhir 2017, tidak akan ada penyesuaian harga BBM penugasan.

Pri Agung Rakhmanto, Pengamat Migas dari Universitas Trisakti, mengatakan tugas Pertamina sebagai badan usaha yang menyalurkan BBM khusus penugasan akan bertambah berat tanpa ada evaluasi harga. Padahal jika berdasarkan regulasi yang ada dan mempertimbangkan kondisi perkembangan harga minyak dunia, harga BBM jenis Premium maupun Biosolar harus disesuaikan secara berkala. Namun karena anggaran subsidi energi di Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) 2017 terbatas, Pertamina yang menanggung beban subsidi.

“Anggaran subsidi BBM di APBN rentan terlampaui, meskipun di sisi lain Pertamina juga sudah ikut menanggung. Ini dampak yang sejak setahun terakhir sudah terasa dan akan makin terasa kalau tren kenaikan harga minyak berlanjut,” kata Pri Agung kepada Dunia Energi, Kamis (9/11).

Harga minyak dunia, untuk jenis Brent North Sea sempat menyentuh level tertinggi dalam dua tahun terakhir sebesar US$64,65 per barel pada awal pekan ini sebagai imbas dari krisis politik di Arab Saudi. Demikian pula harga minyak West Texas Intermediate (WTI) yang sempat menyentuh level US$57,69 per barel.

Menurut Pri Agung, beban yang harus ditanggung Pertamina bisa dilihat dari laporan keuangan hingga September 2017. Laba bersih perseroan turun 29,6% menjadi US$1,99 miliar dibanding periode sembilan bulan 2016 yang mencapai US$2,83 miliar. Padahal jika harga BBM penugasan sesuai dengan keekonomian, potensi laba bersih yang bisa didapatkan Pertamina mencapai US$3,05 miliar. Artinya, Pertamina telah menanggung selisih harga BBM penugasan sebesar US$1,42 miliar.

Dorongan pemerintah yang meminta Pertamina untuk melakukan efisiensi pun akan terasa percuma karena beban yang ditanggung perseroan sudah berlangsung lebih dari satu tahun terakhir.

“Kalau kita bicara efisiensi, ya itu normatif. Selama ini efisiensi sudah dilakukan Pertamina. Jalan satu-satunya, naikan harga BBM atau tambah anggaran subsidi di APBN,” tandas Pri Agung.(RI)