JAKARTA– Agus Amperianto, General Manager PT Pertamina EP Asset 4, kontraktor kontrak kerja sama (KKKS) di bawah koordinasi dan supervisi SKK Migas, memproyeksikan produksi minyak dan gas dari empat field di bawah Asset 4 tahun ini naik dibandingkan realisasi tahun lalu. Produksi minyak pada 2018 diestimasi mencapai 14.032 barrel oil per day (BOPD), meningkat 7,12 % dibandingkan realisasi 2017 sebesar 13.096 BOPD.

“Sedangkan produksi gas ditargetkan mencapai 162,93 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD), naik sekitar 13,17% dari realisasi 2017 sebesar 143,96 MMSCFD,” ujar Agus kepada Dunia-Energi saat dihubungi dari Jakarta, Rabu (17/1).

Menurut Agus, proyeksi kenaikan produksi minyak dan gas itu fokus pada lima skala konsolidasi prioritas perusahaan. Kelima skala konsolidasi prioritas itu adalah konsolidasi dalam metode pengoperasian, mata rantai suplai, pengembangan sumber daya manusia, pengembangan lingkungan, serta keandalan fasilitas produksi dan peralatan.

Selain itu, tambah Agus, Pertamina EP Asset 4, fokus sinergi dengan sesama bisnis unit Pertamina, yaitu PT Pertamina Hulu Energi West Madura Offshore (PHE WMO), anak usaha PT Pertamina Hulu Energi, untuk dapat meningkatkan produksi dari lapangan offshore di lapangan Poleng/Gresik, Jawa Timur.

“Untuk mencapai target produksi tersebut, kami tetap mengedepankan operation excellence dan aspek keselamatan atau HSSE (health, safety, security, environment),” ujar Agus yang menjabat GM Pertamina EP Asset 4 sejak 5 Januari 2018 menggantikan Didik Susilo.

Agus menjelaskan, lapangan unitisasi Sukowati di Bojonegoro, Jawa Timur ditargetkan menjadi kontributor terbesar produksi minyak Asset 4, yaitu lebih dari 6.000 BOPD. Sementara produksi gas sales berasal dari CPP Gundih dari sumur-sumur di Kedung Tuban, Kedung Lusi, dan Randu Blatung di Kabupaten Blora, Jawa Tegah sebesar 44 MMSCFD. “Produksi gas sales yang terbesar dari Donggi-Matindok di Kabupaten Banggai, Sulawesi Tenggara sekitar 105 MMSCFD,” katanya.

Agus Amperianto, GM Pertamina EP Asset 4 dalam salah satu acara. (foto: Pertamina EP)

Untuk mencapai target produksi tahun ini, lanjut Agus, sedikitnya ada tiga tantangan yang dihadapi Pertamina EP Asset 4. Pertama, pekerjaan investasi yang berhubungan dengan pengembangan bisnis perusahaan memerlukan antisipasi compliance dan dukungan dari pemangku kepentingan di daerah yang tahun ini memasuki tahun politik (pemilihan kepala daerah).

Kedua, kerja sama da komunikasi harus ditingkatkan dengan prinsip kontraktor kontrak kerja sama (KKKS), yaitu konsolidasi, komunikasi, koordinasi dan sinergi degan semua pihak agar pekerjaan lancar di lapangan.

“Ketiga, tantangan di bidang subsurface seperti sumur-sumur yang mengalami masalah kepasiran dan lain-lain, akan ditanggulangi dengan inovasi yang terus kami kembangkan dari continous improvement yang kami lakukan bersama tim,” kata mantan Pertamina EP Asset 1 Ramba dan Rantau Field ini.

Pertamina EP Asset 4 memiliki wilayah kerja yang paling luas di antara lima asset yang dimiliki Pertamina EP. Wilayah kerja Asset 4 terdiri atas empat field, yaitu Cepu Field di Blora, Jawa Tengah; Poleng Field di Jawa Timur; Donggi- Matindok Field di Kabupaten Banggai, Sulawesi Tenggara; dan Papua Field di Kabupaten Sorong, Papua Barat.

“Dengan asset yang tersebar tersebut, menjadi tantangan bagi kami untuk bisa mengoptimalkan keberadaan asset menghasilkan produksi migas sesuai target,” kata Agus. (DR)