JAKARTA – Pemerintah terus mendorong pengembangan energi baru terbarukan (EBT) untuk memenuhi target bauran energi EBT sebesar 25 % pada 2025.  Bauran EBT diklaim meningkat rata-rata 0,54% setiap tahun.

Pada 2016 capaian bauran EBT sebesar 7,7%. angka ini lebih besar dari 2015 (6,7%), 2014 (6,4%) dan 2013 (5,3%).
Untuk kuartal II  2017 melebihi target, di mana energi panas bumi dan EBT lainnya mencapai 5,23% (target 4,96%) dan bauran energi dari air mencapai 8,07% (target 6,16%).
“Untuk EBT tidak pernah saya tolak, asal harganya wajar,” kata Ignasius Jonan, Menteri Energi dan Sumber Daya Energi (ESDM), di Jakarta Senin, (30/10)
Jonan mengatakan, sesuai arahan Presiden Joko Widodo pemanfaatan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) harus dimanfaatkan sebesar-sebesarnya sama dengan pemanfaatan energi panas bumi.
Jonan menekankan dalam pengembangan EBT pihaknya tidak akan menekan pengembang untuk menjual harga listrik di kisaran tertentu. Kementerian ESDM menginginkan supaya harganya terjangkau dan kompetitif.
Jonan mencontohkan potensi EBT di Kalimantan Utara (Kaltara). Provinsi yang dikenal memiliki sungai-sungai besar tersebut memiliki potensi listrik dari tenaga air mencapai 9.000 megawatt (MW).
Faktor lain yang harus diperhatikan adalah keterjangkauan harga oleh masyarakat untuk mewujudkan keadilan. Faktor ini jauh lebih penting.
Pemerintah menyatakan sepanjang 2017 telah ada penandatangan kontrak dengan total kapasitas sebesar 723 MW yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia.
“Listrik itu mau dari batu bara, gas, air, ya tetap listrik. Tidak mengenal merek, jadi harganya harus terjangkau,” tandas Jonan.(RA)