Rasio elektrifikasi 2017 melampaui target yang ditetapkan sebesar 92,75%.(data Kementerian ESDM)

JAKARTA – Rasio elektrifikasi nasional sepanjang 2017 mencapai 94,91%, melebihi target awal 92,75%. Provinsi DKI Jakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Banten, dan Jawa Barat menjadi daerah tertinggi rasio elektrifikasinya, yakni 99,99%.

Andy Noorsaman Soomeng, Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), mengatakan konsumsi listrik terus meningkat seiring peningkatan akses atau elektrifikasi dan perubahan gaya hidup.

“Kondisi ini tentunya mendorong pengembangan kendaraan dan kompor listrik,” kata Andy di Jakarta, Rabu (10/1).

Disisi lain, hingga akhir November 2017, perkembangan pelaksanaan program kelistrikan 35.000 megawatt (MW), sebanyak 3% atau 1.061 MW telah beroperasi komersial (commercial operation date/COD), 16.992 MW tahap konstruksi, 12.726 MW sudah memiliki kontrak jual beli listrik (power purchase agreement/PPA), namun belum konstruksi, 2.790 MW proses pengadaan, serta sebesar 2.228 MW dalam perencanaan.

“Kapasitas terpasang pembangkit PT PLN (Persero), IPP, dan PPU pada 2017 sebesar 60 GW. Target awal 62 GW,” ujar Andy.

Dia menambahkan, sepanjang tahun lalu bauran energi primer untuk pembangkit listrik didominasi oleh batu bara yang mencapai 57,22%. Urutan kedua adalah energi gas sebesar 24,82%, kemudian air 7,06%, BBM 5,81%, serta panas bumi dan energi baru terbarukan (EBT) lainnya 5,09%.

Pangsa bahan bakar minyak (BBM) tergantikan dengan penambahan pembangkit listrik EBT, peningkatan pasokan gas, implementasi biodiesel (B20), serta pengoperasan PLTU Mulut Tambang.

“Tahun 2018, pangsa BBM untuk pembangkit listrik ditargetkan 5%,” kata Andy.(RA)