JAKARTA – Tim Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatat porsi bauran energi primer pada kuartal III 2017 untuk BBM adalah 6,06%, turun dibanding periode yang sama 2016 sebesar 7,10%. Angka tersebut sudah termasuk Bahan Bakar Nabati (BBN) sebagai campuran BBM, yang memberikan porsi 0,42% terhadap total bauran energi primer pembangkit.

Hasil monitoring Tim Ditjen Ketenagalistrikan juga menyebutkan jika dibandingkan dengan tiga tahun lalu, porsi BBM pada bauran energi primer pembangkit pada 2014 adalah 11,81% dan EBT 11,21%. Bahkan, penggunaan BBM untuk bahan bakar pembangkit sempat mendominasi hingga 36% pada 2008.

Persentasi tersebut dihitung berdasar realisasi produksi listrik yang dihasilkan oleh tiap energi primer yang terdiri dari BBM (+BBN), gas, batu bara, dan EBT.

Total, hingga kuartal ketiga telah dihasilkan listrik sebesar 186.699 Giga Watt hour (GWh), baik dari PT PLN (Persero) maupun produsen listrik swasta (Independent Power Producer/IPP), ungkap laporan yang dirilis di www.esdm.go.id, Minggu (24/12)

Volume BBM untuk pembangkit PLN hingga kuartal ketiga mencapai 2,54 juta kilo Liter (kL) atau setara untuk memproduksi listrik sebesar 8.976 GWh. Di sisi lain, porsi EBT dalam bauran pembangkit ini meningkat cukup signifikan dibanding tahun sebelumnya. Energi hydro, panas bumi dan EBT lainnya, tercatat menyumbangkan porsi 12,51%, meningkat dari 2016 dan lebih tinggi dari yang ditargetkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBN-P) 2017 sebesar 11,96%.

Laporan tersebut juga mencatatkan realisasi produksi listrik dari pembangkit EBT, dimana produksi pembangkit listrik tenaga air (PLTA) telah mencapai 13.593 GWh, pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) 9.324 GWh, dan pembangkit EBT lainnya 456 GWh.(AT)