PT Pertamina Hulu Energi (PHE) adalah anak usaha PT Pertamina (Persero) yang fokus bisnisnya pada kegiatan eksplorasi dan eksploitasi minyak dan gas bumi. Memiliki lebih dari 50 anak usaha, perusahaan yang berdiri pada 2002 ini adalah salah satu kontributor utama terhadap produksi minyak dan gas Pertamina. Kinerja produksi PHE diproyeksikan bakal terus meningkat seiring masuknya beberapa blok alihkelola, terakhir adalah Blok Southeast Sumatera yang sebelumnya dioperatori oleh China National Offshore Oil Company (CNOOC).

Satu kegiatan penting yang dilakukan oleh perusahaan migas, termasuk PHE, adalah melakukan eksplorasi. Manajemen PHE memproyeksikan setiap satu barel produksi minyak diikuti dengan tambahan cadangan 2C minimal tiga kali. Hingga akhir Agustus 2018, realisasi target pencapai 2C adalah 150 MMBOE atau 82% terhadap RKAP 2018 sebear 192 MMBOE. “Prognosa realisasi penambahan 2C sampai akhir tahun diproyeksikan melebihi target, yaitu 195 MMBOE,” ujar Direktur Eksplorasi PHE Abdul Mutalib Masdar.

 

Abdul Mutalib Masdar, Direktur Eksplorasi PHE (foto: Dunia Energi/Tatan A Rustandi)

Berdasarkan Exploration Retreat 2018, kegiatan eksplorasi PHE akan lebih agresif dan masih untuk melakukan aktivitas eksplorasi di seluruh wilayah kerja PHE dalam lima tahun ke depan. Apalagi, pada 2019 PHE memproyeksikan target sumberdaya 2C 199 MMBOE atau naik 3% dari 2018.

Untuk mengetahui lebih jauh persoalan eksplorasi di PHE, berikut wawancara wartawan Dunia Energi Dudi Rahman dan Alfian Tandjung dengan Abdul Mutalib, yang sebelumnya adalah General Manager PHE Randugunting. Petikannya.

Anda pernah menyatakan bahwa direktorat eksplorasi PHE harus menjadi value generator. Bisa Anda jelaskan maksud value generator?
Maksud dari value generator itu ada tiga. Pertama, seluruh kegiatan dan temuan eksplorasi harus memberikan added value dan business impact yang signifikan terhadap kinerja perusahaan secara keseluruhan. Kedua, seluruh temuan eksplorasi harus memberikan return yang positif dan memberikan multiplier effect terhadap peningkatan revenue perusahaan. Ketiga, seluruh kegiatan eksplorasi harus berdaya saing tinggi dan menunjukkan performa operasi yang excellent.

Apa saja yang akan dilakukan untuk itu?
Eksplorasi telah melakukan langkah-langkah untuk menciptakan opportunities baru dengan melakukan resetting dan refocusing long term exploration strategy serta evaluasi new play concept & big fish project. Selain itu, portofolio dan asset prioritization yang memiliki high impact dengan potensi komersialitas tinggi serta pengembangan SDM, new technology dan big data management yang berkelanjutan dan berdaya saing tinggi.

Bagaimana kemajuannya hingga kini?
Kinerja eksplorasi menunjukkan tren positif terhadap rencana kinerja dan anggaran perusahaan 2018. Penguatan kemampuan organisasi melalui rightsizing organiasi telah diimplementasikan secara menyeluruh di PHE dan AP PHE. Pengembangan SDM melalui Exploration Academy sudah dilakukan secara konsisten dan berkelanjutan dengan melibatkan expertise dan AP PHE. Pengembangan sistem informasi geografis melalui XD world & Exploration Computing Clouds sudah dilakukan secara simultan untuk mendukung pengelolaan big data management di PHE.

Presiden Joko Widodo menyindir Pertamina kurang agresif eksplorasi. Bagaimana tanggapan Anda?
PHE telahmelakukan resetting-refocusing strategi eksplorasi jangka pendek (Quick Win Program) sampai dengan jangka panjang melalui program kerja eksplorasi yang terukur dan agresif yang diindikasikan dari peningkatan program dan target eksplorasi dalam kurun waktu lima tahun ke depan (2019-2026, hasil Exploration Retreat 2018) dimana terdapat peningkatan target penambahan 2C sebesar 88%, target pengeboran sumur eksplorasi sebesar 128%, target 3D Seismic Survey sebesar 150% dan target 2D Seismic Survey naik sebesar 26%.

Apa regulasi yang ada kurang mendukung aktivitas eksplorasi? Apa skema gorss split menjadi kendala?
Seperti yang diketahui bahwa kegiatan eksplorasi berasosiasi dengan high technology, high capital dan high risk, sementara dalam skema gross split, risiko operasional dan investment menjadi beban dari perusahaan sehingga analisis risiko yang lebih prudent dan proper menjadi sebuah keharusan agar risiko eksplorasi yang tinggi dapat dimitigasi dengan baik.

Bagaimana dengan eksplorasi di luar kawasan wilayah kerja (WK). Apakah ini akan efektif untuk bisa meningkatkan cadangan migas nasional?
Eksplorasi di luar WK dapat menjadi solusi alternatif untuk meningkatkan cadangan migas nasional.

Bagaimana dengan kinerja blok-blok eksplorasi PHE saat ini?
Capaian temuan cadangan eksplorasi PHE pada 2018 menunjukkan peningkatan yang signifikan, status per Agustus 2018 sudah mencapai 159 MMBOE atau 82% dari target yang diperkirakan pada akhir tahun akan melebihi target di atas 100%. Hasil temuan eksplorasi yang signifikan di Parang 220 MMBOE terbesar ke-9 di dunia, temuan gas di Abar Anggursi dan Randugunting yang siap untuk dimonetisasi, temuan minyak di ONWJ (Offshore) dan Siak Kampar (Onshore-mature field) menunjukkan tren yang positif kinerja eksplorasi dalam dua tahun terakhir.

Blok mana yang akan paling cepat untuk bisa memproduksi migas secara komersial? Kapan targetnya?
Untuk kawasan Indonesia Timur, Blok Nunukan siap untuk melakukan monetisasi terhadap temuan Badik dan West Badik serta temuan Parang dengan target on stream pada 2020-2021. Untuk Indonesia Bagian Barat yang siap untuk dimonetisasi (dalam proses PoD) adalah temuan gas di Blok Randugunting dan Blok Tuban dengan target on stream pada 2019. (*)