NEW YORK– Harga minyak mentah dunia menyentuh tingkat tertinggi sejak pertengahan November pada akhir perdagangan Jumat atau Sabtu (23/2) pagi WIBdan membukukan kenaikan mingguan untuk pekan kedua berturut-turut. Kenaikan harga minyak itu didorong oleh harapan bahwa perundingan perdagangan Amerika Serikat (AS) dan China akan segera menghasilkan kesepakatan, meskipun rekor baru pasokan minyak AS membatasi kenaikan lebih lanjut.

Minyak mentah AS, West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman April, naik US$0,30 menjadi menetap pada US$57,26 per barel di New York Mercantile Exchange, setelah mencapai US$57,81 pada Jumat sebelumnya (15/2), juga tertinggi untuk tahun ini.

WTI mencatat kenaikan mingguan 3,00% dan mencapai harga penyelesaian terkuat di 2019.

Sementara itu, patokan internasional minyak mentah Brent untuk pengiriman April, naik US$0,05 menjadi ditutup pada US$67,12 per barel di London ICE Futures Exchange, setelah sempat mencapai US$67,73 per barel, tertinggi mereka 2019. Minyak mentah Brent naik 1,2% dalam seminggu.

Para perunding utama AS dan China bertemu pada Jumat (22/2) untuk mengakhiri pembicaraan satu minggu yang telah membuat kedua belah pihak berjuang untuk mencapai kesepakatan sebelum batas waktu 1 Maret.

Presiden AS Donald Trump akan bertemu dengan Wakil Perdana Menteri China Liu He di Kantor Oval pada Jumat (22/2).

“Harga minyak, serta pasar saham telah meningkat dengan antisipasi bahwa China dan AS akan menyetujui perjanjian perdagangan,” kata Presiden Lipow Oil Associates, Andy Lipow, di Houston. “Selain itu, kami melihat pengetatan pasokan minyak di seluruh dunia hasil dari berkurangnya produksi OPEC dan non-OPEC.”

Kedua harga acuan minyak telah meningkat tahun ini, setelah Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya, termasuk Rusia, mulai memangkas produksi untuk mencegah pasokan berlimpah.

Namun di sisi lain, lonjakan produksi minyak mentah AS sebagian mengimbangi pemotongan produksi OPEC.

Badan Infromasi Energi AS (EIA) menyatakan produksi minyak mentah AS minggu lalu naik ke rekor 12 juta barel per hari karena persediaan meningkat untuk minggu kelima berturut-turut ke level tertinggi sejak Oktober 2017 dan ekspor mencapai rekor tertinggi sepanjang masa.

“Kami melihat total produksi minyak mentah AS mencapai 13 juta barel per hari pada akhir tahun ini, dengan 2019 rata-rata 12,5 juta barel per hari,” kata bank AS, A.Citi setelah rilis laporan EIA.

Namun, perusahaan-perusahaan energi AS mengurangi empat rig pengeboran minyak yang beroperasi minggu ini, setelah tiga minggu menambah rig, kata perusahaan jasa energi General Electric Co. Baker Hughes dalam sebuah laporan Jumat (22/2).

Sementara itu, persediaan minyak mentah di Texas Barat turun ke level terendah dalam empat bulan setelah pipa tambahan mulai mengangkut minyak mentah dari ladang serpih AS terbesar ke Gulf Coast, sebagian besar untuk ekspor, data dari penyedia intelijen pasar Genscape menunjukkan.

Dengan melonjaknya pasokan AS, Goldman Sachs mengatakan pihaknya memperkirakan pasokan non-OPEC akan tumbuh sebesar 1,9 juta barel per hari tahun ini, lebih dari mengimbangi pemotongan produksi OPEC.

Itu berarti banyak tergantung pada permintaan, yang, menurut Goldman, diperkirakan akan tumbuh sebesar 1,4 juta barel per hari pada 2019. Goldman mengatakan memperkirakan harga Brent rata-rata US$60-65 per barel pada 2019 dan 2020.

Manajer-manajer uang memangkas posisi-posisi net long dan option (opsi) minyak mentah AS minggu ini hingga 5 Maret, Komisi Perdagangan Berjangka Komoditas AS (CFTC) mengatakan pada Jumat (22/2) seperti dikutip Reuters yang dilansir antaranews.com. (RA).