JAKARTA – Pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) mitra binaan PT Pertamina (Persero) harus memiliki strategi khusus untuk menembus pasar global. Selain meningkatkan daya saing produknya, pada tahap awal UMKM disarankan selektif memilih negara-negara di Timur Tengah, Amerika Utara, Afrika atau Asia Tenggara (ASEAN) ketimbang negara yang sudah maju sebagai negara tujuan ekspor.

“Jangan membidik negara-negara maju dulu karena mereka biasanya menetapkan persyaratan ketat dan sertifikasi yang dimiliki UMKM harus komplet sehingga comply dengan persyaratan mereka. UMKM keburu kehabisan tenaga sebelum mampu menembus pasar ekspor,” kata Edy Priyanto Utomo, dari Pusat Pengembangan Ekspor Indonesia (PPEI) Kementerian Perdagangan, dalam seminar nasional Menjawab Teka-Teki UMKM Tembus Pasar Global, di Jakarta, akhir pekan.

Edy, yang juga merupakan penyusun Modul Go Global, mengungkapkan banyak UMKM yang melakukan kesalahan sebelum mengembangkan bisnisnya keluar negeri. Kesalahan umum eksportir adalah memproduksi atau menjual barang yang tidak disukai konsumen. Selain itu, eksportir tidak memiliki negara tujuan ekspor yang tepat dan tidak melakukan riset pasar. “Kesalahan tidak melakukan riset pasar mengakibatkan UMKM tidak mengetahui kompetitornya. UMKM jangan harap ekspor akan mendatangkan keuntungan. Buyer dimana pun akan membandingkan seller. Pembeli menginginan kualitas baik namun harganya kompetitif,” ungkapnya.

Kesalahan lain yang dilakukan UMKM adalah tidak mau berinvestasi di pengembangan sumber daya manusia dan tidak membangun jaringan dan agen yang tepat. Padahal, ungkap Edy, di luar negeri terdapat pejabat Atase Perdagangan dan Indonesia Trade and Promotion Center (ITCP). “UMKM yang telah berbadan hukum dan memiliki persyaratan-persyaratan bisa melakukan registrasi di http://inaexport.id// karena kalau ada inquiry dari buyer luar negeri masuk lewat website tersebut. UMKM yang terseleksi dapat memasarkan produknya di sana,” tutur dia.

Menurut Edi, UMKM perlu terus didorong untuk go global karena kontribusi baru sebesar 14% terhadap total ekspor Indonesia. Mereka masih tertinggal jauh dari negara Asia lainnya meskipun memiliki potensi yang sangat besar dari sisi jumlah maupun produk atau karya yang dihasilkannya. “Untuk menembus pasar global dibutuhkan standar produk sesuai dengan regulasi dari pemerintah. Jika produk UMKM tidak memiliki standar wajib otomatis tidak dapat melewati bea cukai. Misalnya keterangan kandungan produk yang memerlukan uji lab dan tambahan surat keterangan bawa produk yang dikirim bukan merupakan illegal logging apabila produk yang dikirim berupa kayu,“ katanya.

Dalam webinar dalam rangka menyemarakan HUT Pertamina ke-65 tersebut hadir Staff Khusus III Menteri BUMN Arya Sinulingga dan VP CSR & SMEPP Pertamina Fajriyah Usman. Juga hadir dua mitra binaan Pertamina yakni Tinar Meinati Kusumadewi sebagai pemilik usaha Songgajah dan Ro’isul Feliati yang memiliki usaha Bantal Moker. Acara dihadiri lebih dari 500 UMKM dari 30 Rumah BUMN (RB) dan dilaksanakan secara online serta offline dimana sebagian UMKM berkumpul di masing-masing kantor RB.

Arya Sinulingga mengungkapkan bahwa Kementerian BUMN mendorong RB yang ada di 248 kabupaten maupun kota di seluruh Indonesia untuk membantu memberikan pelatihan bagi UMKM. Dia sangat memahami bahwa UMKM memiliki kendala dalam pendanaan maupun pembinaan. “Kementerian BUMN mengambil langkah mengaktifkan RB untuk mengajak para UMKM masuk ke e-commerce. Kami berharap di akhir 2022 ini semua RB sudah memiliki office store sendiri. Jadi, ketika ada momen tertentu seperti HUT Pertamina, bisa dijadikan ajang promosi dengan memberikan promo diskon atau flash sale untuk menarik minat konsumen,” katanya.

Fajriyah Usman menjelaskan bahwa saat ini Pertamina tengah bekerjasama dengan beberapa lembaga ekspor seperti Exporhub, Indonesian Diaspora SME-SMI Export Empowerment & Development (ID-SEED) dan Global Edukasi Talenta Inkubator (GETI Inkubator) yang merupakan lembaga yang berafiliasi dengan asosiasi-asosiasi eksportir Indonesai serta andalan ekspor Indonesia. “Kami harapkan jumlah dari UMKM binaan Pertamina maupun UMKM RB yang go global akan semakin meningkat,” ujarnya.

Hingga saat ini, kata Fajriyah, tercatat sekitar 424 UKM RB yang sudah masuk kategori go global dan telah memiliki kemampuan unntuk memasarkan produknya hingga ke luar negeri. Menurut dia, hal ini tidak hanya menambah keuntungan bagi pelaku UMKM tetapi juga memberikan dampak terhadap perekonomian nasional. “Melalui Rumah BUMN, Pertamina ingin senantiasa menghadirkan energi yang dapat menggerakkan roda ekonomi. Energi yang menjadi bahan bakar, serta energi yang menghasilkan pertumbuhan berkelanjutan. Pertamina juga senantiasa mendukung pencapaian SDGs melalui implementasi program-program berbasis ESG (Environmental, Social, and Governance) di seluruh wilayah operasionalnya,” kata dia.

Tinar Meinati Kusumadewi, pemilik usaha Songgajah, menuturkan dia merupakan generasi kedua dari bisnis yang sudah dibentuk pada 2010. Ia menangani bisnis produk kuliner pengolahan mete, rimpang dan lain-lain di Nusa Tenggara Barat (NTB) tersebut pada 2019. “Pada saat itu langsung diberikan kepercayaan untuk bergabung ke inkubasi Pertamina sehingga dapat banyak ilmu untuk menangani bisnis. Pada 2020 mengikuti even dan pameran di dalam lokal maupun nasional,“ ungkapnya.

Pada 2021, produk Songgajah terpilih untuk mengikuti pameran di Denmark sebagai perwakilan UMKM dari NTB. “Produk kuliner kami banyak namun pengolahan mete yang paling nge-hits. Kami melakukan produksi dari hulu ke hilir bekerja sama dengan petani. Single origin semuanya dari satu tempat untuk menjaga kualitas produk,” katanya.

Ro’isul Feliati, pengusaha Bantal Moker asal Mojokerto, Jawa Timur, mengungkapkan telah memulai usaha pada 2012. Produk awalnya adalah bantal bayi dan bantal tidur. “Tiap tahun produknya bertambah hingga sekarang sudah 100 varian lebih di antaranya bantal karakter custom hingga sprei dan badcover,” katanya.

Sejak 2017, dia bergabung dengan RB Pertamina untuk menimba ilmu bagi pengembangan usaha. “Para mentor mengatakan mindset adalah aset. Pengusaha harus pantang menyerah dan tangguh sehingga saya mengubah pandemi menjadi peluang dan masuk dalam 53 UMKM Inkubasi Pertamina,” paparnya.(RA)