JAKARTA – PT Pertamina (Persero) memutuskan untuk merubah desain dalam proyek Refinery Development Master Plan (RDMP). Dengan perubahan desain tersebut maka ada penurunan kemampuan dalam memproduksi BBM jenis solar (gasoil) serta peningkatan untuk memproduksi BBM jenis gasoline.

Nicke Widyawati Direktur Utama Pertamina, mengatakan perubahan desain tersebut juga berimbas pada pengurangan biaya investasi. Semula perseroan memproyeksi kebutuhan dana untuk membangun kilang baru dan RDMP mencapai US$47 miliar.

“Kebutuhan investasi awalnya sekitar US$47 miliar, tapi setelah rescaling biayanya turun menjadi US$43 miliar. Penurunan capex (capital Expenditure) sekitar US$4,7 miliar,” kata Nicke, belum lama ini.

Saat ini Pertamina mampu memproduksi BBM jenus gasoline mencapai 257 ribu barel per hari (bph). Dalam rencana awal RDMP dan pembangunan kilang baru ditargetkan membuat produksi gasoline Pertamina menjadi 696 ribu bph dengan proyeksi demand mencapai 732 ribu bph. Setelah seluruh proyek pengerjaan selesai kemampuan Pertamina menghasilkan gasoline nanti mecapai 731 ribu bph.

Sementara untuk solar nantinya pada tahun 2030 ditargetkan bisa diproduksi mencapai 649 ribu bph, padahal dalam rencana sebelumnya Pertamina menargetkan bisa menghasilkan 753 juta bahan bakar diesel. Estimasi ini bahkan sudah melampaui proyeksi kebutuhan mencapai 630 ribu bph.

Menurut Nicke, salah satu faktor perubahan desain RDMP adalah adanya kajian penurunan permintaan minyak.

“Kami melakukan adjustment dari kapasitas kilang yang akan dibangun. Jika awalnya akan membangun dua kilang baru dengan masing-masing 300 ribu bph, sekarang kami hanya bangun satu di Tuban dan RDMP kami menambah kapasitas di Balikpapan dan Balongan saja. Dengan demikian kami bisa meng-adjust supply demand ke depan,” kata Nicke.(RI)