JAKARTA – PT Pertamina (Persero) membuka peluang agar Pertashop bisa juga menjual BBM jenis Pertalite. Namun demikian ada syarat yang harus ditanggung para pemilik usaha Pertashop. Seperti diketahui Pertalite memang tidak diperkenankan untuk dijual di Pertashop lantaran termasuk BBM penugasan yang disubsidi pemerintah. Selama ini Pertashop hanya menjual Pertamax.

Nicke Widyawati, Direktur Utama Pertamina, mengungkapkan salah satu hal krusial yang harus diperhatikan untuk bisa menjual Pertalite di Pertashop adalah standarisasi digitalisasi. Ini kata dia merupakan elemen penting untuk mencatat jumlah volume BBM yang disalurkan guna nanti dipertanggungjawabkan ke pemerintah.

“Kami sedang melakukan kajian karena ini diperlukan juga infrastruktur yang memadai di Pertashop mengingat untuk pertanggungjawaban terhadap auditor negara ini kan perlu governance yang baik,” kata Nicke di komplek Parlemen, Rabu (30/8).

Lebih lanjut dia menjelaskan bahwa sejauh ini digitalisasi sudah dilakukan di hampir seluruh SPBU Pertamina, sehingga pengawasan terhadap penyaluran BBM penugasan juga lebih ketat. Hal itu yang juga harus bisa dipastikan dapat diaplikasikan di Pertashop. Namun demikan Nicke menyadari jika harus mengikuti standarisasi yang diterapkan di SPBU cukup sulit, untuk itu Pertamina kini sedang berkoordinasi dengan Badan Pengatur Hilir Migas (BPH Migas) untuk bisa meramu mekanisme yang tepat jika memang Pertalite mau dipasarkan di Pertashop.

“Kalau di SPBU kami sudah digitalisasi SPBU, kami sudah ada cctv, kemudian tangki juga sudah menggunakan automatic tank gauge dan sebaginya sehingga ini pun harus dilengkapi di Pertashop, dan tentu saja ini sifatnya adalah tidak mandatori, kami akan menawarkan kepada Pertashop jika nanti setelah keputusan dari BPH Migas ini go tentu ini kita buka, silakan Pertashop kalau buka Pertalite,” jelas Nicke.

Selain kesiapan infrastruktur, para pelaku usaha juga harus siap dengan kenyataan margin keuntungan Pertalite yang tidak terlalu besar meskipun nantinya dari sisi volume penjualannya lebih besar ketimbang Pertamax.

“Marginnya ini beda, marginnya jauh lebih rendah, sebagai gambaran marginnya mungkin hanya sekitar 40 persennya dari margin Pertamax karena ini barang subsidi, jadi marginnya pun dipatok oleh pemerintah sehingga untuk mendapatkan level margin, profit margin yang sama ini harus berkali-kali lipat sampai kalau dalam hitungan kami 3,5 kali lipat dari kalau jual Pertalite itu harus 3,5 kali lipat dibandingkan jual Pertamax untuk mendapatkan level margin profit yang sama, dan tentu saja plus harus ditambah infrastruktur yang memadai,” jelas Nicke.

Dia menuturkan bahwa rencana untuk dibukanya keran distribusi Pertalite ke Pertashop terus dibahas dan dimatangkan. Jika memang pemerintah mengizinkan maka Pertashop bisa jualan Pertalite di tahun ini.

“Sedang dibahas juga dengan BPH Migas sehingga nanti triwulan keempat dimungkinkan untuk, ini targetnya ya, jadi itu sangat terbuka sepanjang,” kata Nicke. (RI)