JAKARTA – Realisai Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) PT PLN (Persero) ternyata masih belum menggembirakan. Khususnya TKDN untuk proyek-proyek pembangkit listrik.

Andhika Prastawa, Direktur Pusat Pengkajian Industri Manufaktur, Informatika dan Elektronika BPPT, mengatakan secara keseluruhan TKDN di PLN mencapai 40,3%. Namun khusus dalam proyek-proyek pembangkit ternyata nilai TKDN cukup rendah.

“TKDN di PLN pada 2020 kemarin rata-rata 40,3%. Tapi catatan kami, sejalan dengan MoU untuk pembangkitan tenaga listrik ini relatif rendah, di bawah 30%. 2017 saja itu 23-25%,” kata Andika disela webinar pemanfaatan TKDN pada sektor ketenagalistrikan, Rabu (24/2).

Andhika menyatakan kenyataan rendahnya TKDN di proyek pembangkit listrik PLN harus menjadi perhatian. Karena nilai barang yang diimpor juga tidak sedikit.

Satu komponen pembangkit bisa dibagi aspek besar di antaranya boiler, instrumen elektrik dan balance of plan. Kalau di pabrikasi indonesia itu di balance of plant (BOP). Non rotating mechice lebih bisa dikuasai oleh Indonesia.

“Untuk boiler itu sebenarnya sudah bisa dibuat dalam negeri, Barata juga kayaknya bisa ya untuk manufakturing itu. Begitu juga untuk jenis pembangkit lain milnya di PLTGU, balance of plant itu sudah bisa,” kata Andhika.

Dia mengakui untuk bioler pembangkit besar memang belum familiar di tanah air. Apalagi diatas 100 MW. “Kalau di bawah 100 MW antara 25-50 MW, Pindad sudah bisa,” ungkap dia.

Taufik Bawazier, Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika (Dirjen ILMATE) Kementerian Pendustrian, mengatakan jika komponen utama yang digunakan pada proyek ada di dalam negeri tapi harganya lebih mahal maka pemerintah sebenarnya sudah menyiapkan mekanisme agar PLN tetap bisa membeli komponen tersebut di dalam negeri. Asalkan bisa dipastikan TKDN mencapai minimal 40%.

“Secara kualitas sebenarnya kita bersaing,  tapi harganya dibandingkan impor lebih mahal. Harga kemahalan ini akan ditanggung pemerintah. Kami di Kemenperin sudah ada aturannya kok,” ujar Taufik.

PLN kata Taufik harus terbuka terhadap kekurangan komponen ataupun ada rintangan dari sisi harga. Beberapa infrastruktur yang sudah sepatutnya tidak lagi andalkan produk impor juga tidak melulu tentang pembangkit listrik.

“Tower transmisi ini bisa kok dalam negeri untuk bisa memenuhi PLN. PLN juga kami kasih refrensinya. Jadi PLN juga ikut menumbuhkan dalam negeri,” kata Taufik.(RI)