JAKARTA – Pemerintah membentuk tim khusus yang bertugas untuk menekan lanju impor LPG. Salah satu tugas utamanya adalah mendata potensi gas yang ada di tanah air untuk kemudian diolah dan dijadikan LPG.

Tutuka Ariadji, Dirjen Migas Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), menyatakan saat ini inventarisir data lapangan yang memiliki potensi gas sedang dilakukan dan targetnya tahun depan bisa segera ditindaklanjuti.

“Tujuan tim ini untuk kurangi impor dengan cara upayakan sumber-sumber gas di Indonesia yang bisa diolah untuk jadi LPG. Jadi komposisi harus mencukupi untuk LPG. Sumber gasnya didata, diolah baru direncanakan tambahan infrastruktur apa yang dibutuhkan,” jelas Tutuka kepada Dunia Energi di Kementerian ESDM, Rabu (13/12).

Jika sukses pemerintah kata Tutuka menargetkan bisa meningkatn produksi LPG nasional hingga bisa tembus 2 juta ton per tahun. Namun demikian hal itu memang tidak mudah mengingat untuk bisa memproduksi LPG maka diperlukan investasi tambahan untuk membangun fasilitas pengolahan gas menjadi LPG. “Potensinya cukup besar lah. potensi kita kan 1,2 juta ton. targetnya sampai 2 juta ton nanti,” ungkap Tutuka.

Selain mengejar produksi LPG dari lapangan-lapangan gas eksisting. Tim tersebut juga menyusun perencanaan untuk menggenjot pengadaan CNG dan implementasi pengadaan jaringan gas (Jargas) rumah tangga.

“Selain cari sumber gas, CNG, jargas juga harus dikembangkan. Tahun depan ada imlementasinya paling cepat,” jelas Tutuka.

Konsumsi LPG sendiri setiap tahun terus meningkat. Realisasi penyaluran LPG tabung 3 kg sepanjang tahun 2018 sampai dengan 2022 terus meningkat. Tahun 2018, realisasinya mencapai 6,53 juta MT melebihi dari kuota yang ditetapkan 6,45 juta MT. Selanjutnya pada tahun 2019, realisasi sebesar 6,84 juta MT dari kuota 6,98 juta MT. Untuk tahun 2020, realisasi 7,14 juta MT melebihi kuota penetapan 7,00 juta MT.

Tahun 2021, realisasi 7,46 juta MT dari kuota sebesar 7,50 juta MT. Sedangkan tahun 2022, realisasi mencapai 7,80 juta MT dari penetapan kuota 8,00 juta MT.

Kementerian ESDM memperkirakan penyerapan LPG 3 kg hingga Desember 2023 bisa mencapai sesuai kuota atau bahkan di bawah kuota, yakni 7,90 juta ton. Pemerintah dan DPR akhir menyepakati kuota untuk tahun depan sebesar 8,3 juta MT.

Salah satu fasilitas yang mampu mengolah gas menjadi LPG dengan bahan baku gas yang sebenarnya bukan tergolong bahan baku utama untuk LPG adalah fasilitas di Badak LNG.

Fasilitas yang ada di Badak LNG akan mengekstraksi komponen gas hingga ke turunannya. Total ada 113.744 Metrik Ton LPG yang bisa diproduksi dimana yang akan dijual sebesar 70% dan sisanya 30% digunakan sebagai LPG reinjeksi untuk memenuhi spesifikasi kontrak jual beli. Inovasi ini mulai dipelajari sejak 2017, sebelum akhirnya mulai beroperasi pada Desember 2022. (RI)