Meidawati, Direktur Utama PHE bersalaman dengan Djoko Siswanto, Direktur Jenderal Migas Kementerian ESDM usai penandatanganan kontrak pengelolaan blok eksplorasi di Jakarta, Senin (18/2).(Foto/Dunia-Energi/Rio Indrawan).

JAKARTA – Tiga kontrak pengelolaan Wilayah Kerja (WK) atau blok minyak dan gas eksplorasi, Maratua, South Sakakemang dan South Andaman ditandatangani, Senin (18/2). Tiga blok  tersebut merupakan hasil lelang blok migas tahap ketiga 2018.

“Nilai total bonus tanda tangan yang diterima pemerintah sebesar US$ 6 juta dan total investasi dari kegiatan komitmen kerja pasti sebesar US$ 10,95 juta,” kata Arcandra Tahar, Wakil Menteri ESDM disela penandatanganan kontrak, Senin.

Blok Maratua merupakan blok yang sudah diincar oleh PT Pertamina (Persero) yang kemudian dikelola PT Pertamina Hulu Energi (PHE) melalui anak usahanya, PT PHE Lepas Pantai Bunyu. Pertamina  menggelontorkan dana US$ 2 juta untuk bonus tanda tangan dan menyepakati komitmen pasti berupa G&G sebesar US$ 750 ribu dan seismic 3D 500 km2 US$ 5 juta atau senilai total US$ 5,75 juta untuk Blok Maratua.

Blok lainnya, Blok South Sakakemang, dengan kontraktor pengelola konsorsium Repsol Exploracion South Sakakemang S.L.-MOECO South Sakakemang B.V. Bonus tanda tangan US$ 2 juta dan komitmen pasti berupa G&G sebesar US$ 300 ribu dan seismic 2D 250 km US$ 2,75 juta dengan total nilai US$ 3,05 juta.

Blok ketiga adalah Blok South Andaman, dengan entitas baru kontraktor MP (South Andaman) Holding RSC. LTD. MP membayar bonus tanda tangan US$ 2 juta dan komitmen pasti berupa G&G US$ 150 ribu dan seismic 3D 500 km2 sebesar US$ 2 juta atau senilai total US$ 2,15 juta.

Menurut Arcandra, kontraktor baru diharapkan bisa lebih terbuka kepada pemerintah dalam pengelolaan blok migas. Pemerintah sudah mengatakan  akan memangkas seluruh proses bisnis agar eksekusi operasi bisa cepat dilakukan. Untuk itu, pemerintah juga menuntut kesiapan pelaku usaha untuk sekarang justru mengikuti ritme pemerintah.

“Policy dan bisnis proses kami percepat. Partner di industri yang gagap. mau kami percepat, mereka (kontraktor) banyak alasan. Alasan mereka kita tidak bisa bantu. Ini yang harus kita dikerjasamakan,” tandas Arcandra.(RI)