JAKARTA – PT Pertamina (Persero) mengkaji memindahkan lokasi pembangunan satu kilang baru atau New Grass Root Refinery (NGRR) yang semula  akan dibangun di Bontang, Kalimantan Timur.

Heru Setiawan, Direktur Perencanaan Investasi dan Manajemen Risiko Pertamina,  mengungkapkan manajemen saat ini sedang mengkaji beberapa opsi lokasi yang akan menjadi lokasi baru pembangunan kilang, yakni di Kuala Tanjung Sumatera Utara dan Arun di Aceh.

“Kan ada beberapa lokasi sebenarnya, Bontang, Kuala Tanjung, dan Arun,” kata Heru di Jakarta, Senin (2/3).

Menurut Heru, Kuala Tanjung menjadi salah satu kandidat terkuat lokasi kilang baru Pertamina menggantikan Bontang. Pasalnya dari kajian awal, wilayah Kuala Tanjung sudah bisa memenuhi syarat manajemen sebagai lokasi pembangunan kilang. Mulai dari ketersediaan pasar produk kilang nantinya sampai ketersediaan bakal lahan pembangunan kilang.

“Karena ya ada deket dengan market, lahannya ada. Kan disitu pasar internasional terus di Sumatera juga,” kata Heru.

Selain itu, pemindahan lokasi juga mempertimbangkan adanya perubahan mitra pembangunan kilang. Pertamina tidak lagi bermitra dengan perusahaan migas asal Oman, Overseas Oil and Gas LLC (OOG), karena itu Pertamina bisa memilih lokasi lainnya. Selain itu,  manajemen juga mau melakukan optimalisasi penggunaan aset-aset perusahaan.

“Ya karena partner, kedua kita musti lihat penggunaan infrastruktur di sana yang pakai bukan hanya Pertamina aja yang di bontang, yang lain kan banyak yang pakai juga jadi kita coba optimasi pengunaan aset-aset, infrastruktur,” kata Heru.

Baca juga  Depak OOG, Perusahaan Uni Emirat Arab Calon Kuat Mitra Pertamina Garap Kilang Bontang

Namun demikian, menurut Heru sebelum menetapkan lokasi Pertamina terlebih dulu harus memutuskan kerja sama yang sempat terjalin dengan OOG. Kini Pertamina sedang melakukan pembicaraan untuk mengakhiri kerja sama.

“Kami mengusulkan untuk dicancel diterminasi tapi ini kan harus ada perjanjian kedua belah pihak, kan ada MoU dan lain-lain,” katanya.

OOG ditetapkan Pertamina sebagai pemenang dalam tender pembangunan Kilang Bontang pada Januari 2018. Tidak seperti pembangunan kilang lainnya, Pertamina hanya mendapatkan porsi saham sebesar 10% sementara OOG mencapai 90%.

Heru sebelumnya juga mengakui telah melaporkan perkembangan progress pembangunan Kilang Bontang kepada pemerintah.

“Kami sampaikan adanya kendala terkait diskusi ada beberapa hal yang belum terlaksana. Masalah lahan ada, macam-macam pokoknya,” kata Heru.

Dalam road map pembangunan kilang, Pertamina menjadwalkan Kilang Bontang rampung pada 2026 dengan total investasi antara US$10 miliar-US$15 miliar.

Luhut Binsar Pandjaitan, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, juga sempat memberikan isyarat adanya penggantian mitra usaha di kilang Bontang. Ini dilakukan berhubung pemerintah saat ini mendorong percepatan pembangunan berbagai infrastruktur kilang Pertamina. Salah satu kandidat yang bisa menggantikan OOG adalah perusahaan asal Uni Emirat Arab (UEA).

“Oman kami mau gantikan mungkin dengan Abu Dhabi (UEA). Sangat bisa (ganti mitra),” kata Luhut.(RI)