JAKARTA– Kinerja memukau diperlihatkan PT Pertamina EP Cepu, anak usaha PT Pertamina (Persero) di sektor hulu migas. Sepanjang 2018, Pertamina EP Cepu (PEPC) membukukan laba bersih US$842,4 juta atau lebih dari Rp12 triliun dari total pendapatan US$ 1,779 miliar. Raihan laba bersih tersebut meningkat sebesar 27% dibandingkan dengan laba bersih 2017 sebesar US$ 662,2 juta.

“Kenaikan laba bersih ini menempatkan PEPC sebagai penyumbang laba terbesar pertama di lingkungan Anak Perusahaan Pertamina,” ujar Jamsaton Nababan, Direktur Utama PEPC usai Rapat Umum Pemegang Saham Perseroan di Jakarta, Jumat (17/5). RUPS tersebut dipimpin oleh Komisaris Utama PT Pertamina EP Cepu Gandhi Sriwidodo dan turut dihadiri oleh Pemegang Saham Mayoritas PEPC, yaitu PT Pertamina (Persero) yang diwakili oleh Panji Sumirat, Pemegang Saham Minoritas PEPC, yaitu PT Pertamina Pedeve Indonesia yang diwakili oleh Sjahril Samad.

Jamsaton mengatakan pada 2018, kinerja PEPC sangat bagus. Perusahaan juga mendapatkan point kesehatan AAA, point tertinggi untuk kesehatan perusahaan. “Ini semua merupakan prestasi yang dapat mendorong semangat insan PEPC untuk menjadi lebih baik lagi di tahun 2019,” katanya dalam keterangan tertulis yang diterima Dunia-Energi.

Selain membukukan laba terbesar, realisasi produksi PEPC pada 2018 juga meningkat. “Realisasi Produksi mencapai 103,7% dari target karena berhasilnya pengaplikasian penambahan crude cooling system,” jelas Jamsaton.

Selain itu, realisasi Lifting mencapai 104.3% dari target karena adanya Optimalisasi lifting dengan meminimalkan inventory FSO Gagak Rimang. Lapangan Banyu Urip yang menyumbang 30% dari produksi minyak nasional telah melampaui target produksi 2018 dengan rata-rata rata-rata produksi 208.8 MBOPD dan total produksi 76.21 MMBO pada 2018. Rata-rata produksi Banyu Urip naik 104% dari RKAP baik untuk produksi di angka 208.8 MBOPD dan lifting diangka 209.3 MBOPD. “Prestasi ini sejalan dengan peningkatan kinerja HSSE karena PEPC berhasil meraih 3,361,558 Jam Kerja Selamat,” katanya.

Selain Lapangan Banyu Urip, Proyek Jambaran-Tiung Biru (JTB) yang dikelola oleh PEPC dan merupakan salah satu Proyek Strategis Nasional (PSN) juga berjalan on track. Setelah menyelesaikan Early Civil Work 100% di tahun 2018, awal Januari 2019, PEPC lakukan pemancangan Perdana EPC Gas Processing Facilities (GPF) di Bojonegoro dan kini tengah mempersiapkan proses drilling. Proyek EPC GPF berfungsi memproduksi gas dan kondensat dari Lapangan Unitisasi Jambaran-Tiung Biru dengan produksi rata-rata raw gas sebesar 315 MMSCFD dan target gas onstream / komersil pada 2021 dengan sales gas sebesar 192 MMSCFD.

Produksi gas sebesar 192 MMSCFD tersebut nantinya dialirkan melalui Pipa transmisi Gresik-Semarang. Dengan cadangan gas JTB sebesar 2,5 triliun kaki kubik (TCF), JTB diharapkan dapat memberikan multiplier effect , khususnya untuk mengatasi defisit pasokan gas di Jawa Tengah dan Jawa Timur.

Pada 2019, PEPC telah menyiapkan target kinerja untuk mendukung kemandirian energi dan menyambut diversifikasi energi strategis, termasuk melalui produksi gas JTB yang ditargetkan beroperasi tahun 2021. Jamsaton mengatakan setiap capaian akan dilakukan dengan prinsip, on time, on budget, on schedule, on safety, on return, dan on regulations. (RA)