JAKARTA – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mematok target tinggi  investasi di sektor energi terbarukan pada  2021, meskipun masih dibayangi dampak dari pandemi Covid-19.

Total investasi untuk energi hijau tahun ini ditargetkan mencapai US$2,05 miliar. Total dana investasi tersebut menjadi yang  tertinggi dalam kurun waktu enam tahun terakhir atau sejak 2016. Investasi sebesar itu ditargetkan bisa menambah kapasitas pembangkit listrik EBT sebesar 905,73 Megawatt (MW).

Dadan Kusdiana, Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM, mengatakan dampak Covid-19  tahun lalu sangat terasa terhadap investasi pembangkit listrik EBT karena realisasinya hanya US$1,36 miliar atau  sekitar 70% dari target yang dicanangkan.

Menurut Dadan, tingginya investasi tahun ini juga dipicu adanya pengalihan investasi pada 2020 ke tahun ini.

Pada 2021, pembangunan pembangkit-pembangkit energi matahari dan angin akan menjadi motor pendorong investasi. Padahal biasanya panas bumi jadi pendorong utama investasi.

“Investasi pada 2021 ini kami targetkan hampir sama dengan tahun lalu, yaitu US$ 2,05 miliar,” kata Dadan dalam konferensi pers virtual, Kamis (14/1).

Dadan mengatakan investasi proyek panas bumi masih cukup tinggi, namun investasi proyek pembangkit surya dan bayu diproyeksikan akan meroket. Secara detail investasi sektor panas bumi US$ 730 juta, aneka energi baru terbarukan US$ 1,25 miliar, bioenergy US$ 68 juta, dan konservasi energi US$ 10 juta.

Pada 2021, kapasitas pembangkit energi terbarukan ditargetkan naik menjadi 11.373 MW dengan tambahan pembangkit panas bumi 196 MW, air 557,93 MW, surya 138,8 MW, dan bioenergi 13 MW.

Tambahan 905,73 MW ini juga yang terbesar sejak 2016. Tambahan kapasitas pembangkit energi terbarukan tercatat hanya sebesar 490 MW di 2016, 393 MW di 2017, 409 MW di 2018, 503 MW di 2019, dan 176 MW di tahun lalu.(RI)